Ditjen PAS ingin tak sekadar melatih WBP, lebih dari itu kami beri kepercayaan
Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM membuka sarana asimilasi dan edukasi bagi narapidana atau warga binaan pemasyarakatan (WBP) berupa tempat pangkas rambut dan refleksiologi di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, Senin.
Para pekerja di tempat pangkas rambut dan refleksiologi merupakan narapidana asimilasi dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Tangerang dan Lapas Pemuda Kelas IIA Tangerang.
"Ditjen PAS ingin tak sekadar melatih WBP, lebih dari itu kami beri kepercayaan. Jajaran pemasyarakatan 'speed up', Pemasyarakatan pasti bersih melayani. Ini juga bukti reintegrasi menumbuhkan rasa percaya diri WBP," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangam Hukum dan HAM Sri Puguh Utami dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta.
Utami mengatakan bahwa pembukaan sarana asimilasi dan edukasi adalah sesuatu yang fundamental serta representasi dari Gerakan Resolusi Pemasyarakatan.
Baca juga: Untuk penertiban pengunjung, Lapas input data keluarga warga binaan
Asimilasi, kata dia, merupakan salah satu proses pembinaan bagi para warga binaan. Warga binaan asimilasi dapat bekerja di luar lapas, sehingga dapat bersosialisasi guna mempersiapkan mereka kembali berbaur dengan masyarakat dan keluarga.
Warga binaan asimilasi sebelumnya telah melalui Sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan dengan ketentuan berkelakuan baik yang dibuktikan dengan tidak sedang menjalani hukuman disiplin.
“Dalam kurun waktu enam bulan terakhir, sudah menjalani satu per dua masa pidana, dan juga aktif mengikuti program pembinaan di Lapas,” kata Utami.
Sementara itu, Direktur Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak Ditjen PAS Slamet Prihantara menambahkan bahwa program sarana asimilasi dan edukasi adalah hasil dari kreasi Sri Puguh Budi Utami yang ingin menciptakan keahlian bagi para warga binaan, yang akan sangat berguna bagi mereka untuk bertahan hidup ketika telah bebas nantinya.
“Itulah cita-cita Pemasyarakatan sesungguhnya," ucap mantan Kepala Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kemenkumham Banten ini.
Lebih lanjut Slamet juga mengatakan sarana asimilasi dan edukasi bagi warga binaan asimilasi ini akan diisi bergantian oleh WBP Lapas Tangerang dan Lapas Pemuda Tangerang per pekan.
Baca juga: 1.969 warga binaan Lapas Cikarang terima remisi
“Dua petugas dari masing-masing lapas akan mengawal tiga WBP saat bekerja di barbershop dan refleksiologi,” jelasnya.
Adapun Kepala Seksi Kegiatan Kerja Lapas Pemuda Tangerang Ma’ruf mengatakan pihaknya memberikan promo gratis kepada pengunjung tempat pangkas rambut dan refleksiologi selama tiga hari ke depan.
Untuk selanjutnya, tarif pangkas rambut dan refleksiologi dikenakan Rp30 ribu dengan jam operasional pukul 10.00-20.00 WIB.
"Kalau pengunjung ambil paket, akan ada harga spesial. Pokoknya datang saja ke Smmile Center atau Small, Micro & Medium Business Incubator with Two Learning & Experience Center, di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta,” ucap dia.
Para warga binaan yang menjalankan program asimilasi mengaku antusias menjalankan pekerjaan refleksiologi dan memotong rambut. Seperti diungkapkan Mulyana, WBP dari Lapas Tangerang mengaku belajar refleksiologi di Lapas.
"Saya sudah belajar lima tahun. Sebelumnya tidak bisa. Mudah-mudahan bisa buka refleksiologi setelah bebas nanti," harap pria asli Bandung yang akan bebas pada Agustus 2020.
Senada dikatakan M Syarip penghuni Lapas Tangerang ini yang sudah belajar jasa memotong rambut sejak tiga tahun 2019.
"Saya cocok dengan kegiatan barbershop, jadi saya tekuni," tutur pria asal Pandeglang yang berencana membuka usaha pangkas rambut setelah bebas pada Juni 2020 nanti.
Sementara itu, Asep warga binaan asal Lapas Pemuda Tangerang mengaku sebelumnya sudah punya dasar keterampilan memotong rambut sebelum menghuni Lapas Pemuda Tangerang. Namun, dimatangkan di Lapas. Sebab menurut dia, ada pelatihan khusus memangkas ramnyut dan memperoleh sertifikat.
"Semoga setelah bebas bisa buka barber lagi. Alat-alatnya juga masih ada,” ujar Asep.
Baca juga: Kemenkum HAM Sulbar apresiasi program kemandirian Lapas Polewali
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020