"Di Jakarta ini sistem drainase yang kita bangun, engineering-nya mengasumsikan 100-150," kata Anies saat memaparkan penyebab banjir Jakarta di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin.
Ketika hujannya 100-150, maka saluran tak bisa mengalirkan air. Kalau angka segitu dan tidak mengalirkan, berarti mampet.
"Itu sama seperti kita pegang gelas, gelasnya kapasitasnya 250 ml, dituang 100 ml itu tumpah, berarti yang pegang salah. Dituang 100 ml kok tumpah? Tapi kalau dituang 500 ml dan tumpah, ya memang kapasitasnya tidak sanggup," katanya.
Menurut Anies, pendekatan atau pun solusi yang saat ini berfokus pada penanganan sekitar aliran sungai dan tanggul laut tidak cukup untuk menghadapi curah hujan yang tidak dapat ditebak dengan kondisi cuaca ekstrem.
Baca juga: Banjir masih rendam sembilan kawasan di Jaktim
Solusi (banjir) tak cukup hanya dengan pendekatan terkait sungai-sungai saja. Tidak cukup hanya terkait dengan tanggul laut saja.
"Karena yang dihadapi ada di rumah-rumah, di kampung-kampung, di gedung-gedung. Karena curah hujannya tinggi dan polanya, tidak lagi berpola," ujar Anies.
Dalam pemaparannya di depan wali kota, bupati, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Kepala BNPB Doni Monardo, Anies mengatakan solusi yang tepat bagi warga Jakarta adalah membangun sumur- sumur resapan di setiap rumah.
"Kita membutuhkan membangun sumur-sumur resapan di setiap bangunan yang ada di tempat kita. Dan pemerintah harus menjadi institusi pertama yang menerapkan 'zero run off'," katanya.
"Alhamdulillah DKI Jakarta sudah seluruh gedungnya 'zero run off'. Kita tidak ada gedung yang menyumbang air ke luar, semua airnya dimasukkan ke dalam (tanah)," ujar Anies.
Karena itu, Anies mengatakan pihaknya menyiapkan insentif pajak bagi warga Ibu Kota yang memiliki sumur resapan di rumahnya.
"Kami akan siapkan dalam bentuk insentif pajak ke depan untuk warga membangun sumur resapan ini termasuk petunjuk-petunjuk teknisnya," ujar Anies.
Baca juga: 60 warga Cibubur terdampak banjir akibat tanggul Kali Cipinang bocor
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020