Nusadua, Bali, (ANTARA News) - Presiden Bank Pembangunan Asia, Haruhiko Kuroda, menyatakan, Indonesia beberapa waktu lalu telah mengajukan pinjaman lunak pembangunannya dari 750 juta dolar AS menjadi 1 miliar dolar AS.
"Kami telah menerima pengajuan itu, akan dipergunakan bagi pembiayaan pembangunan dan pembelanjaan publik lain. Diharapkan bisa membantu dalam mengantisipasi dampak krisis ekonomi global," katanya kepada ANTARA, di Nusadua, Bali, Selasa.
Kuroda berada di The Westin, Nusadua, Bali, untuk mengetahui perkembangan kesiapan pelaksanaan pertemuan tahunan ke-42 ADB yang akan dilaksanakan di hotel itu pada 2-5 Mei mendatang.
Kemarin, Kuroda berada di Jakarta untuk bertemu dengan sejawatnya, Menteri Keuangan/Pejabat Menteri Koordinator Perekonomian, Sri Mulyani. Sebelumnya, pertemuan empat mata dilakukan dengan Presiden Susilo B Yudhoyono, di Jakarta.
Kuroda menyatakan, dana siaga sejumlah itu akan dipertimbangkan secara baik-baik. Pemerintah Indonesia sendiri telah menyatakan bahwa perekonomian nasional berada dalam tingkat baik selama krisis ekonomi global terjadi.
Tercatat, cadangan devisa nasional berjumlah 52 miliar dolar AS, dan pada 2009 diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat dari prediksi awal sebesar 6,3 persen per tahun.
Selama ini, ADB berperan aktif dalam upaya percepatan pertumbuhan ekonomi nasional. Banyak proyek pembangunan yang dilaksanakan berkat dana pinjaman lunak dari ADB, di antaranya pembangunan pembangkit listrik negara air di Manado.
Menurut Kuroda, dalam pertemuan tahunan ke-42 ADB itu, akan dibahas beberapa isu utama, yaitu bagaimana negara-negara anggota menyikapi krisis finansial dewasa ini secara lebih baik, perubahan iklim dunia, dan integrasi ekonomi kawasan.
"Akan tetapi juga kami bicara hal lebih khusus, yaitu akan ada pertemuan antara kami dan ke-67 gubernur bank sentral anggota untuk membahas antisipasi dampak krisis ekonomi itu di tingkat nasional, regional, dan kawasan," katanya.
Dampak krisis ekonomi global di negara-negara Asia, kata Kuroda, jelas berbeda satu dengan lainnya.
Namun ADB berkeyakinan akan ada satu penyamaan persepsi di negara-negara anggota tentang cara menyelesaikan krisis ini di tiap negara.
"Sehingga pada saat pulang, para kontingen bisa mengantongi cara pemecahan yang cukup baik bagi pemerintah masing-masing. Ada tantangan-tantangan khusus di Asia, yaitu pasar finansial, cara mendorong peningkatan volume eksport, dampak khusus kepada kaum miskin, ditambah masalah fiskal dan finansial," katanya.
Dalam pertemuan tahunan ke-42 ADB kali ini, akan hadir sekitar 3.000 orang anggota delegasi dari 67 negara anggota ditambah negara pengamat, pers internasional, lembaga keuangan dan para teknokrat dari berbagai disiplin ilmu, serta perwakilan lembaga internasional.
Terakhir kali Indonesia menjadi tuan rumah adalah pada 1976, tepat pada saat ADB yang juga dibidani Indonesia berusia 10 tahun.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009