London (ANTARA News) - Harga minyak mentah melemah pada perdagangan Senin waktu setempat, dengan minyak mentah New York turun di bawah 37 dolar AS per barel karena pasar bereaksi terhadap melemahnya proyeksi permintaan energi yang dibuat akhir pekan lalu, kata para dealer.
Seperti dilaporkan AFP, kontrak berjangka utama minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Maret di New York, merosot 71 sen menjadi 36,80 dolar AS per barel.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan April berbalik 99 sen menjadi 43,82 dolar AS per barel.
"Minyak mentah berjangka masih dalam kisaran lebar, dengan .... (minyak mentah New York) sedang bersiap menguji lagi wilayah 40 dolar AS per barel, dan minyak berjangka Brent masih bertahan dekat 'technical support' di wilayah 44 dolar AS per barel," kata analis dari Sucden Financial, Brenda Sullivan.
"Volume perdagangan hari ini kemungkinan masih tipis karena pasar AS tutup."
Perdagangan di lantai bursa komoditas berjangka New York Mercantile Exchange tutup pada Senin, karena merupakan hari libur umum di Amerika Serikat, sehingga para investor hanya dapat melakukan perdagangan elektronik.
Kesenjangan harga antara minyak mentah New York dan minyak Brent London mencapai lebih dari 11 dolar AS, menurut para analis timbul karena tingginya posisi cadangan minyak AS.
Pekan lalu, OPEC memangkas proyeksinya permintaan minyak global, memproyeksikan itu akan menyusut 0,67 persen pada 2009 karena "depresi ekonomi" di negara-negara industri.
Pada pekan lalu juga, Dewan Energi Internasional (IEA), memangkas lagi proyeksinya untuk permintaan minyak global tahun ini. Namun, IEA juga memperingatkan tentang seretnya pasokan mendatang karena rendahnya level investasi saat ini.
Pemantau energi untuk negara-negara industri maju ini, memproyeksikan permintaan minyak global akan menjadi rata-rata 84,7 juta barel per hari (bph) pada 2009 -- berkurang 570.000 bph dari proyeksi lalu yang dibuat pada Januari.
Pada level ini, permintaan akan menjadi 1,1 persen atau 1,0 juta bph lebih rendah dari 2008, ketika permintaan juga turun dibandingkan tahun sebelumnya.
Minyak mentah berjangka dalam beberapa bulan terakhir telah jatuh dari rekor tertinggi di atas 147 dolar AS per barel yang terjadi pada Juli lalu, ketika kekhawatiran tentang gangguan pasokan mendorong harga minyak meroket.
Tony Nunan dari perusahaam minyak internasional di Tokyo, Mitsubishi Corp, pekan lalu mengatakan lolosnya paket stimulus AS tak menyediakan banyak dukungan terhadap harga minyak karena cadangan minyak tinggi dan permintaan minyak mentah berkurang.
Kongres AS telah menyetujui paket 787 miliar dolar AS berupa potongan pajak dan belanja baru, yang segera ditandatangani Presiden Barack Obama sebagai undang-undang sebelum batas waktu yang ditentukannya sendiri pada Senin.
"Sebagian besar orang merasakan hal itu akan berjalan panjang, bekerja keras, sebelum kami mendapatkan suatu pemulihan kembali dalam ekonomi," kata Nunan.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009