Jakarta,  (ANTARA News) - PT Garuda Indonesia (Garuda) menyatakan, pihaknya belum tentu melayani kembali penerbangan ke Eropa pada Juni tahun ini, menyusul dugaan bakal dicabutnya larangan terbang Uni Eropa (UE) atas seluruh maskapai Indonesia ke Eropa sejak Juli 2007, pada Maret tahun ini.

"Kami tegaskan belum tentu kami bisa terbang ke sana, meski larangan terbang atas maskapai Indonesia sudah dicabut," kata Direktur Operasi Garuda, Ari Sapari menjawab pers di sela "2nd Strategic Summit on Aviation Safety", di Jakarta, Senin.

Penegasan tersebut disampaikan dengan pernyataan Wapres Jusuf Kalla saat berkunjung ke Denhag Belanda beberapa waktu lalu bahwa PT Garuda Indonesia diharapkan bisa terbang atau melayani kembali rute Jakarta-Belanda mulai Juni 2009.

"Garuda diharapkan bisa terbang ke Belanda, Juni tahun ini. Tentu, setelah pelarangan terbang Uni Eropa atas maskapai Indonesia sudah dicabut," kata Jusuf Kalla.

Menurut Ari, untuk membuka sebuah rute atau menerbangi kembali sebuah rute yang sudah ditutup sebelumnya, memerlukan persiapan lebih matang, baik dari sisi operasional maupun kajian potensi pasarnya.

"Jangan kita terbang ke sana, seperti membuang garam di laut," katanya.

Apalagi, di tengah iklim krisis global saat ini, maskapai utama di Eropa sekalipun saat ini, sedang menurunkan ekspansinya karena memang permintaan sedang menurun, terutama untuk penerbangan jarak jauh.

Senada dengan Ari, Sekjen Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Tengku Burhanuddin, rencana pembukaan kembali rute Garuda ke Belanda harus melalui kajian yang mendalam.

"Jangan sekedar terbang lagi, tetapi merugi. Sudah bukan jamannya lagi," kata Tengku.

Apalagi, tegasnya, jika ternyata pelemahan rupiah terhadap dolar AS berlanjut hingga akhir tahun, maka operasional maskapai akan makin berat, khususnya mereka yang melayani domestik dan regional.

Oleh karena itu, dia menyarankan agar Garuda menimbang dengan cermat peluang dan tantangan pembukaan rute kembali ke Eropa. "Jika dipaksakan menggunakan pesawat B747-400 milik Garuda saat ini, malah boros dan tidak efisien," katanya.(*)

 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009