Jakarta, (ANTARA News) - Pemerintah menyatakan, sampai saat ini, belum menyetujui harga jual beli gas proyek pengembangan Donggi-Senoro di Sulawesi Tengah.

Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Senin mengatakan, kesepakatan harga proyek gas Donggi-Senoro masih dalam tataran bisnis antara pembeli dan penjual.

"Harga gas Senoro belum sampai ke pemerintah. Jadi, belum ada persetujuan harga gas proyek ini," katanya.

Sesuai aturan, perjanjian jual beli gas antara penjual dan pembeli tersebut akan sepenuhnya efektif setelah selesainya perjanjian penunjukkan penjual dengan BP Migas dan persetujuan harga dari pemerintah.

Menurut Purnomo, bagi pemerintah, proyek tersebut mesti memberikan manfaat optimal bagi negara baik langsung maupun tidak.

Pemerintah belum memutuskan apakah semua produksi gas proyek tersebut diekspor, buat kepentingan domestik seperti pabrik pupuk, pembangkit, atau petrokimia, atau kombinasi keduanya.

Purnomo menambahkan, pemerintah juga tengah merencanakan pembangunan
terminal LNG di Jabar dan Jatim yang gasnya bisa berasal dari Donggi-Senoro, selain juga Tangguh, Bontang, atau Masela.

Kepala Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Priyono mengatakan, pihaknya belum masuk dalam kesepakatan harga gas Donggi-Senoro
tersebut.

"Kami akan masuk saat penunjukan penjual. Selanjutnya, kesepakatan harga gas itu juga harus mendapat persetujuan Menteri ESDM. Jadi, formula harganya masih prematur," katanya.

Sebelumnya, PT Pertamina EP selaku pengelola Lapangan Matindok dan JOB Pertamina-Medco E&P Tomori yang mengoperaikan Lapangan Senoro telah
mencapai kesepakatan harga gas dengan PT Donggi Senoro LNG pada 22 Januari

2009.

Harga jual gas menggunakan formula yang mengacu pada Japan Crude

Cocktail (JCC) dengan dua "slope" atau kurva yakni 6,7 persen untuk harga

minyak di bawah 45 dolar AS per barel dan "slope" 12 persen untuk harga

minyak di atas 45 dolar AS per barel.

Dengan formula tersebut, pada harga minyak mentah sekitar 40 dolar AS

per barel, maka harga gas Senoro hanya 2,8 dolar AS per MMBTU.

Proyek pengembangan gas Donggi-Senoro terdiri dari lima lapangan yakni

Donggi, Minahaki, Matindok, Maleoraja, dan Senoro dengan total cadangan gas

mencapai 3,08 triliun kaki kubik.

Saat ini, operator telah mengebor lima sumur gas produksi dan sedang

mempersiapkan pengeboran dua sumur tambahan yakni Senoro 6 dan Cendanapura

1.

Produksi gas yang direncanakan mulai pada tahun 2013 akan dijadikan

LNG di kilang PT Donggi-Senoro LNG (DSLNG) dengan kapasitas dua juta ton

per tahun.

Anggota Komisi VII Effendi Simbolon mempertanyakan, harga jual gas

Senoro yang terlalu murah karena hanya dihargai sekitar 2,8 dolar AS per

MMBTU.

Ia menduga kalau proyek LNG Senoro tetap dilaksanakan, maka berpotensi

merugikan negara mencapai 1,8 miliar dolar AS.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009