Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009 akan mencapai sekitar 4 sampai 5 persen, meski kondisi ekonomi global belum membaik.
Gubernur BI Boediono yang ditemui di Gedung Utama Depkeu Jakarta, Senin, mengatakan, ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia mendekati batas bawah (4,0 persen) jika situasi global terus memburuk.
"Kalau situasi global memburuk ya bisa mendekati batas bawah, tapi kita harapkan jangan sampai melewati batas bawah," kata Boediono.
Sebelumnya pemerintah mengoreksi target pertumbuhan ekonomi 2009 menjadi 4,7 persen dari sebelumnya 5,0 persen menyusul kondisi global yang kurang menggembirakan.
"Indikasi volume ekspor-impor melalui Tanjung Priok termasuk nilainya mengindikasikan adanya proyeksi ekonomi 2009 yang akan meleset," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beberapa waktu lalu.
Menkeu menyebutkan, proyeksi 5,0 persen yang disampaikan beberapa waktu lalu diajukan dengan asumsi pertumbuhan ekspor dan impor masih sekitar 5 persen dan pertumbuhan investasi tidak memburuk.
"Ini (pertumbuhan ekspor) masih terlalu optimis padahal penurunan pada Oktober, November, dan Desember 2008 masih berlanjut di Januari 2009," katanya.
Menurut Menkeu, pertumbuhan ekspor akan mengalami penurunan sehingga akan berada pada kisaran 0-5 persen dengan perkiraan tengah sebesar 2,5 persen bahkan 1 persen. Angka itu jauh beda dengan angka 2008 yang mencapai 9-10 persen.
"Dengan adanya penurunan pertumbuhan ekspor maka ada resiko penurunan pertumbuhan ekonomi sehingga mencapai 4,7 persen. Ini poin estimate baru," katanya.
Sedangkan untuk asumsi makro lainnya, Menkeu menyebutkan, untuk harga minyak 45 dolar AS per barel, kurs sebesar Rp11.000 per dolar AS, inflasi 6,2 persen, dan suku bunga SBI 3 bulan 7,5 persen.
Sementara itu Deputi Senior Gubernur BI Miranda S. Goeltom mengatakan, angka pertumbuhan ekonomi 4,5 - 5,0 persen masih berada dalam kisaran 4-5 persen yang diusulkan BI.
"Perekonomian Indonesia pada 2009 akan melambat lebih dalam dari yang diperkirakan," katanya.
Menurut Miranda, dinamika perekonomian global akan sangat mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia di tahun 2009 yang pada gilirannya juga berpengaruh pada daya beli masyarakat dan investasi.
Sumber pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berasal dari permintaan domestik, khususnya konsumsi rumah tangga. Meski juga melambat, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih dapat memiliki daya tahan terutama terkait dengan rencana pemerintah memberikan tambahan stimulus fiskal pada 2009.
Di samping itu, komitmen pemerintah untuk merealisasikan anggaran lebih awal, kenaikan gaji PNS, pemilu, dan kenaikan UMP diperkirakan juga akan menjadi faktor pendorong peningkatan konsumsi rumah tangga.
Sementara itu di sisi penawaran, dampak pelemahan ekonomi dirasakan oleh sektor-sektor yang terkait dengan perdagangan luar negeri terkait dengan melemahnya permintaan dunia dan menurunnya harga komoditas internasional. (*)
Pewarta:
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2009