Jakarta (ANTARA News) - PT.Bakrieland Development Tbk akan mengintegrasikan lagi sistem manajemen resiko bagi seluruh unit yang dimiliki guna menjamin pemenuhan target keuangan.
"Manajemen resiko sudah lama diterapkan namun kali ini kami akan integrasikan lag untuk seluruh lini bisnis," kata Komisaris Independen PT.Bakrieland Development Tbk, Kanaka Puradiredja di Jakarta, Minggu.
Kanaka mengatakan, seluruh bisnis Bakrieland mulai dari infrastruktur, residential, serta properti akan menerapkan manajemen resiko secara berlapis mulai dari lapisan paling bawah.
Terkait hal itu, Kanaka mengatakan, manajemen Bakrieland belum lama ini melaksanakan workshop dengan mengundang ahli manajemen resiko dari luar untuk berbagi pengalaman.
Menurutnya, dengan menimba pengalaman akan mendapatkan petunjuk yang paling tepat (managable) untuk diterapkan sebagai upaya meningkatkan revenue, aset dan profitabilitas.
Bakrieland sendiri pada akhir tahun 2008 diperkirakan berhasil membukukan pendapatan di atas Rp1 triliun, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya Rp782 miliar, prestasi ini akan ditingkatkan lagi untuk tahun 2009, jelasnya.
Sementara itu menurut Chief Administrative Officer BLD, Achmad Azhar, kehadiran manajemen resiko sangat penting mengingat banyak peluang bisnis tetapi memiliki resiko yang bobotnya juga bermacam-macam.
Dia mencontohkan, pembangunan jalan tol awalnya memiliki bobot paling besar karena persoalan pembebasan tanahsebelum pemerintah memberikan kepastian untuk ikut berbagi resiko.
Menurutnya, pembebasan tanah memiliki resiko paling besar sehingga manajemen memutuskan sangat berhati-hati dalam mengantisipasi harga tanah sehingga pada account ini harus ada kontrol yang kuat agar tidak menimbulkan beban.
Dia mengatakan, seluruh petunjuk (guidence) dan kerangka kerja teknis (technical frame work) diurut satu persatu sejak awal agar nantinya dibuatkan alat kontrol untuk mengurangi (mitigasi) resiko di lapangan.
Resiko di bidang properti dapat dilihat dari pembangunan Bakrie Tower terkait dengan penunjukkan vendor di bidang design dan bangunan yang harus dilaksanakan sangat hati-hati karena menyangkut kualitas dan target waktu penyelesaian, ujarnya.
Achmad mengatakan, dalam menerapkan tata kelola usaha yang baik (good corporate governance, GCG) seluruh pelaksanaan manajemen resiko bermuara kepada komite manajemen resiko ditingkat komisaris sebagai pengawas.
Menurutnya, manajemen resiko di tingkat yang lebih tinggi ini dapat dievaluasi bahkan dapat diubah untuk semua proyek mulai dari tingkat divisi sampai dengan anak perusahaan.
Dengan demikian setiap proyek yang akan melaksanakan investasi pasti akan diketahui mulai dari seluruh unit bisnis, legal, direksi, sampai dengan komite untuk memberikan rekomendasi serta dapat dipertajam setiap tiga bulan, jelasnya.
Achmad mengatakan, manajemen resiko paling ketat diterapkan di perbankan, kebetulan sebagian besar manajemen Bakrieland berasal dari bank sehingga sebenarnya tidak terlalu berat dalam pelaksanaannya.
Lebih jauh Kanaka mengatakan, pada hasil akhir biasanya ada komite audit yang melaporkan pelaksanaan manajemen resiko sebagai langkah kontrol dari manajemen.
Kalaupun ada perubahan akibat kondisi makro ekonomi, manajemen dapat melaksanakan upaya-upaya konsolidasi tetapi jangan sampai membuat bisnis tidak jalan tetapi ada perhitungan ulang terhadap resiko.
Seperti di saat krisis ekonomi, ternyata masih dimungkinkan peluang pasar karena sebenarnya pembeli properti untuk harga premium pasarnya sudah ada dan dapat dipastikan penyerapannya, ujar Achmad.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009