Jakarta (ANTARA) - Orang-orang Swiss harus mempertimbangkan lagi cara menyapa dengan mencium pipi satu sama lain, untuk menghindari penyebaran virus corona, kata Menteri Kesehatan Swiss Alain Berset dalam keterangan, Minggu, seperti dilansir Reuters.
Di Swiss, sama halnya di negara tetangganya Prancis, lazim bagi perempuan dan lawan jenis untuk menyapa satu sama lain dengan mengecup kedua pipi. Salam kecup versi Swiss biasanya lebih banyak, yakni tiga kali.
"Kita tahu menjaga jarak secara sosial adalah cara terbaik untuk memperlambat penyebaran virus. Itulah mengapa menghentikan ciuman salam adalah langkah yang harus dipertimbangkan secara serius," kata Berset pada surat kabar SonntagsZeitung saat ditanya apakah dia menyarankan untuk tidak melakukan salam kecup.
Baca juga: Jenewa Motor Show batal, pabrikan putar otak cari tempat peluncuran
Baca juga: Samsung dan LG Innotek tutup pabrik setelah konfirmasi kasus corona
Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran, Jumat, menyarankan untuk tidak berjabat tangan karena ada wabah koronavirus. Swiss dan Prancis berbatasan dengan Italia bagia utara, tempat wabah paling banyak tersebar di Eropa.
Rutin mencuci atau membersihkan tangan adalah anjuran dari Organisasi Kesehatan Dunia dan pihak berwenang lain tentang cara mencegah penyebaran penyakit.
Secara terpisah, surat kabar NZZ am Sonntag mengutip pejabat kesehatan yang mengatakan Swiss akan mengeluarkan pedoman baru dalam beberapa hari ke depan tentang cara menjaga diri dari penyakit.
"Salah satu adalah berhenti berjabat tangan," kata Daniel Koch, kepala unit penyakit menular di Departemen Kesehatan Federal Swiss.
Swiss telah melarang acara yang akan didatangi 1000 orang atau lebih hngga 15 Maret untuk memerangi virus corona. Kendati demikian, kurang dari 20 kasus telah terkonfirmasi di sana, dibandingkan ratusan di Italia, meski angkanya meningkat.
Baca juga: Chungha negatif corona tapi batal ke Jakarta
Baca juga: Jenewa Motor Show batal, peserta tak dapat pengembalian uang
Baca juga: Ari Lennox batal tampil di Java Jazz 2020 karena virus corona
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020