Merak (ANTARA News) - Tim Search and rescue (SAR) polda Banten terpaksa menghentikan pencarian lima penumpang kapal Moring Jagad Samudra yang hilang akibat tenggelam di perairan Tanjung Pujut Suralaya, Merak. "Kami tidak berani melakukan pencarian kelima korban yang hilang itu, karena gelombang laut tinggi disertai tiupan angin kencang," kata Ketua Tim SAR Kepolisian Air (Polair) Polda Banten, AKP Noman, Minggu. Noman mengatakan, hingga kini kelima korban penumpang Kapal Moring Jagad Samudra yang mengangkut batu bara dari Pulau Rida, Merak belum ditemukan karena cuaca buruk. Selain ombak besar hingga ketinggian empat meter juga tiupan angin kencang, sehingga petugas SAR sebanyak enam orang berhenti karena mengancam keselamatan jiwanya. "Jika dilanjutkan pencarian tentu bisa membahayakan petugas," katanya. Oleh karena itu, bila cuaca buruk terus berlanjut kemungkinan pencarian kelima korban tenggelam Kapal Moring Jagad Samudra ditunda dulu. Sebab, kondisi saat ini cuaca sangat tidak memungkinkan untuk dilakukan pencarian korban tenggelam. "Sejak siang petugas SAR berhenti dan beristirahat dulu sambil menunggu cuaca kembali nornmal," ujarnya. Menurut dia, kelima korban yang belum ditemukan antara lain Kasmin, Syahrudin, Jahiri, Oni, dan Rebidin. "Kelima korban itu merupakan penumpang Kapal Moring Jagad Samudra," katanya. Sedangkan korban lainya, Suparto seorang nakhoda Kapal Moring Jagad Samudra sudah ditemukan dalam kondisi sudah meninggal dunia sekitar pantai Jeti PLTU Suralaya atau tidak jauh dari lokasi kapal tenggelam. Menurut dia, akibat musibah kapal tenggelam itu sebanyak lima orang terdiri dari anak buah kapal dan penumpang selamat yakni Ujang, M Yusuf, Jenni, Hastari dan Aliudin. Kelima korban yang selamat itu mereka memaksakan berenang hingga mendapat pertolongan dari petugas SAR. "Korban yang selamat itu dilarikan ke Puskesmas di Merak," katanya. Sementara itu, petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMGK), Serang menyatakan selama beberapa hari ini ini diperairan Tanjung Pujut hingga Selat Sunda sangat berbahaya bagi kapal tongkang maupun nelayan. "Saat ini, ketinggian ombak di perairan itu bisa mencapai empat meter," ujarnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009