Surabaya (ANTARA News) - Produsen kaca PT Asahimas Flat Glass Tbk. optimistis dapat bertahan di tengah krisis keuangan global tahun ini, karena perusahaan tersebut berusaha untuk mempertahankan pencapaian kinerjanya minimal sama seperti tahun 2008."Krisis keuangan global memang sangat berdampak pada perkembangan industri manufaktur. Namun, kami memiliki strategi khusus dalam menghadapinya," kata Manajer Divisi Produksi, Budi Siswantoro, usai seminar bertema Revitalisasi Industri Nasional dalam Rangka Menghadapi Krisis Finansial Global 2009, di auditorium Magister Manajemen Teknologi (MMT) Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Sabtu.Ia menjelaskan, strategi tersebut misalnya memaksimalkan jaringan yang sudah ada."Hal ini harus dilakukan secara optimal agar memperoleh banyak order sehingga aliran pendapatan tetap lancar," katanya.Untuk itu, kata dia, tahun ini perusahaannya akan tetap menggarap pasar ekspor dan mengoptimalkan pasar domestik."Kami yakin, tahun ini dapat mencapai kinerja seperti pada tahun 2008, dengan kontribusi ekspor kaca menyumbang 50 persen dari total produksi sekitar 400.000 ton. Sementara sisa 50 persennya menyebar ke pasar domestik," katanya.Rincian total produksi itu, sebut dia, terdiri dari 50 persen tersalur ke bidang arsitektur dan 50 persen sisanya untuk pasar bidang otomotif.Di sisi lain, melihat kondisi pasar sekarang saat nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah terus menguat, tentunya berpengaruh pada naiknya harga mobil."Hal ini berdampak pada penurunan daya beli konsumen tahun ini karena mereka menahan pembelian," katanya.Meski ekspor kaca ke pasar otomotif lesu, terang dia, hal ini tidak akan merumahkan 3.200 karyawannya."Kami tetap mempekerjakan seluruh karyawan yang ada saat ini. Namun, kapasitas produksinya akan dikurangi. Jika tahun lalu kami bisa memproduksi kaca untuk 600.000 unit mobil, mungkin tahun ini hanya terpenuhi 400.000-500.000 unit mobil," ujarnya.Di lain pihak, ia optimistis, ke depan pasar di bidang arsitektur atau properti akan cerah. Melihat hal itu, pihaknya tak akan melewatkan peluang emas tersebut."Grafik pasar properti diperkirakan akan naik perlahan mulai kuartal I/2009 dan pada akhir tahun akan mencapai titik puncaknya. Apalagi, kini banyak proyek apartemen yang sangat diminati pasar," katanya. Sebelumnya, pada tahun 2008, tambah dia, negara tujuan ekspor utama selama ini, antara lain Jepang, Korea, dan China. Sementara, pasar domestik yang sudah dibidik terdiri dari 70 persen di Pulau Jawa dan 30 persennya berada di Indonesia Timur seperti Ambon. (*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009