Yogyakarta (ANTARA News) - Masyarakat yang tidak menggunakan hak pilih, biasa disebut golongan putih (golput), pada pelaksanaan pemungutan suara Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 diperkirakan tetap tinggi seperti yang terjadi pada beberapa pemilihan kepala daerah (pilkada).
"Prediksi itu didasarkan atas minimnya pengetahuan masyarakat tentang tata cara pemberian suara yang berbeda dengan pemilu sebelumnya, yakni dari mencoblos menjadi mencentang atau mencontreng," kata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Abdul Gafar Karim di Yogyakarta, Sabtu.
Jadi, menurut dia, di sela Sosialisasi Pemilu 2009 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang diselenggarakan Depkominfo, tingginya golput itu bukan semata-mata pilihan politik, melainkan karena persoalan teknis dan kurang maksimalnya sosialisasi pemilu.
"Faktor itulah yang di antaranya menjadi penyebab tingginya golput dalam Pemilu 2009. Survei yang ada juga menunjukkan hanya 12 persen masyarakat yang mengetahui tata cara memilih yang baru," katanya.
Ia mengatakan, pendataan pemilih secara de jure diperkirakan juga akan mengundang golput secara teknis. Pendataan secara de jure cukup bagus untuk mengurangi pemilih ganda, namun sosialisasi pemilu tetap harus dioptimalkan khususnya metode yang baru.
Sementara itu, Direktur Lembaga Komunikasi Pemerintahan Depkominfo Subagyo mengatakan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) bersama Depkominfo akan terus melakukan sosialisasi Pemilu 2009 melalui berbagai media massa, baik elektronik maupun cetak sebagaimana yang tertuang dalam nota kesepahaman.
Upaya itu dilakukan agar masyarakat bisa berperan aktif ikut memilih pada pemilu legislatif maupun pemilihan presiden (pilpres) sehingga angka golput akan turun. Kesuksesan pemilu bukan semata-mata di tangan pemerintah atau KPU tetapi juga peran masyarakat.
"Kami berharap masyarakat bisa aktif memilih agar pemilu sukses, apalagi semua itu untuk kepentingan bangsa dan negara dalam lima tahun ke depan. Pemilu merupakan kesempatan yang baik untuk memilih calon pemimpin yang berkualitas," katanya.
Sehubungan dengan hal itu, menurut dia, Pemilu 2009 merupakan saat yang paling strategis, penting, dan bermakna bagi kemajuan masyarakat, bangsa, dan negara di masa depan.
"Kami mengimbau masyarakat untuk menggunakan hak pilih pada pelaksanaan pemungutan suara Pemilu 2009 secara cerdas dan bijaksana untuk kepentingan bangsa dan negara di masa depan," katanya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009