Jakarta (ANTARA News) - Harga minyak dunia terus meluncur ke bawah, meski terkadang terjadi pembalikan atau "rebound", bahkan hingga hampir menyentuh tingkat terendah dalam lima tahun.
Bersamaan dengan itu suara-suara yang mengingatkan adanya ancaman terkait dengan terus turunnya harga minyak itu mulai bermunculan, khususnya tentang rendahnya tingkat investasi pengeboran minyak mentah saat ini.
Badan Energi Internasional (IEA) dan Organisasi Negara-negara Pengekspor MInyak (OPEC) telah mengeluarkan peringatan seperti itu. Mereka mengingatkan perlunya kewaspadaan jika investasi pengeboran minyak saat ini berkurang. Itu nantinya bakal mengancam pasokan jika permintaan minyak dunia meningkat karena pulihnya perekonomian dunia.
IEA pada Rabu (11/2) kembali memangkas perkiraannya untuk permintaan minyak dunia pada tahun ini, namun mengingatkan tentang kehancuran pasokan pada masa mendatang karena tingkat investasi saat ini yang rendah.
Lembaga pengawas energi untuk negara-negara industri itu meramalkan bahwa permintaan minyak global akan sebesar 84,7 juta barel per hari (bph) pada tingkat rata-rata pada 2009 -- 570.000 bph lebih sedikit dibandingkan dengan ramalan sebelumnya yang dibuat pada Januari.
Pada tingkatan ini, permintaan akan sebesar 1,1 persen atau 1,0 juta bph lebih sedikit dibandingkan dengan 2008, ketika permintaan juga jatuh dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
IEA, yang menggemakan peringatan dari pihak dalam industri dan anggota OPEC, juga mengingatkan bahwa salah satu dampak dari rendahnya harga adalah berupa tertundanya investasi dalam kapasitas mendatang yang akan diperlukan begitu pertumbuhan global kembali mengalami kenaikan.
OPEC juga merapihkan ramalannya untuk permintaan minyak global, yang meramalkan bahwa itu akan menyusut sebesar 0,67 persen pada 2009 karena "depresi ekonomi" di negara-negara industri.
"Permintaan minyak dunia melanjutkan langkah penurunannya dari tahun lalu dan diperkirakan akan mengikuti pola negatif kuat ini sedikitnya untuk tiga kuartal pertama tahun ini," tulis kartel itu dalam laporan Februari-nya.
Sekretaris Jenderal OPEC, Abdalla Salem El-Badri, mengatakan pada Senin (9/2) bahwa anggota kartel tersebut telah menunda 35 proyek pengeboran minyak karena rendahnya harga minyak mentah.
Ia mengatakan bahwa negara-negara anggota OPEC, yang memompa 40 persen dari minyak mentah dunia, memerlukan harga di atas 50 dolar AS per barel untuk ekspor mereka untuk mendorong investasi dan menyeimbangkan anggaran pemerintah mereka.
Harga minyak memantul menuju 36 dolar AS per barel di New York pada Jumat (13/2) menjelang libur akhir pekan yang panjang di Amerika Serikat (AS), kata pedagang seperti dikutip AFP.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk penyerahan Maret, bertambah dua dolar AS menjadi 35,98 dolar AS per barel.
Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April jatuh 45 sen menjadi 45,58 dolar AS per barel di London. Kontrak Maret Brent berakhir pada Kamis.
Pasar mengalami pembalikan atau "rebound" di New York pada Jumat menjelang akhir pekan "Presidents Day". Lantai perdagangan AS akan tutup pada Senin karena libur nasional.
Pada perdagangan sebelumnya, minyak mentah New York kembali hampir menyentuh terendah dalam lima tahun yakni 32,20 dolar AS yang dicapai pada 18 Desember, ketika cadangan energi AS yang besar memenuhi pasar.
Perbedaan harga antara minyak mentah New York dan minyak Brent London juga mencapai rekor baru, yang melampaui 11 dolar AS pada Jumat, dimana analis menghubungkannya dengan cadangan energi yang melonjak di Amerika Serikat.
Harga New York "telah terdistorsi oleh pembentukan cadangan, khususnya di Cushing," kata David Moore, ahlis strategi komoditas pada Commonwealth Bank of Australia. Cushing di Oklahoma merupakan titik pengiriman untuk minyak mentah yang diperdagangkan di New York Mercantile Exchange (Nymex).
Krisis ekonomi global terburuk sejak "Great Depression" pada 1930-an telah menggangu permintaan energi dan mendorong harga turun dari rekor tertingginya di atas 147 dolar AS untuk minyak mentah Brent dan New York yang tercapai pada Juli lalu.
"Bencana saat ini sama dengan kenyataan yang diterima," kata Mike Fitzpatrick dari MF Global. "Dalam beberapa kuartal keadaannya seperti sedang dalam depresi."
Terhadap penurunan perekonomian saat ini, "minyak 30 dolar kini tampaknya realistis," katanya.
Itu sedikitnya akan membutuhkan dua tahun bagi harga minyak untuk pulih menjadi 70-75 dolar AS per barel, kata Falah al-Amiri, yang memimpin badan pemasaran minyak Irak, Kamis.
Dunia tampaknya perlu mengantisipasi kemungkinan ancaman terhadap ketersediaan pasokan pada masa mendatang jika ekonomi dunia pulih sehubungan rendahnya tingkat investasi pengeboran minyak saat ini.
Namun perlu juga dipikirkan nasib negara-negara importir yang perekonomiannya kemungkinan terganggu jika harga minyak dunia di atas 50 dolar AS, seperti yang diinginkan anggota OPEC itu.(*)
Pewarta: Oleh Ahmad Buchori
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009