Jakarta,  (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda menyiratkan dirinya tidak akan membahas masalah Hambali --warga negara Indonesia tersangka teroris yang telah sekitar enam tahun ditahan AS di penjara Guantanamo, Kuba-- dalam kunjungan mitranya dari AS, Menlu Hillary Clinton berkunjung ke Indonesia pada 18-19 Februari 2009. 

Selain Indonesia belum melihat kejelasan kebijakan AS soal penutupan niat menutup penjara Guantanamo, alasan lain yang dikemukakan Menlu Hassan adalah karena Indonesia dan AS ingin memusatkan agenda pertemuan kepada upaya untuk membangun hubungan bilateral yang lebih baik.

"Saya kira itu isu yang terlalu teknis dan pada tahapan awal pertemuan seperti yang akan kita lakukan (pertemuan dengan Menlu Hillary Clinton, red), saya melihatnya tidak perlu dibahas pada tingkat itu," kata Hassan usai pertemuan membahas hubungan Indonesia dan Australia di Gedung Deplu, Jakarta, Jumat.

Pertemuan dengan Hillary, menurutnya, akan lebih dimanfaatkan untuk mencari jalan menata hubungan ke depan Indonesia-AS pada masa-masa awal pemerintahan Presiden Barack Obama.

"Di samping juga, dari pihak Amerika, kebijakan dasar yang diambil untuk menutup rumah tahanan Guantanamo belum ada spesifikasi detilnya bagaimana, dan apa yang akan mereka lakukan terhadap warga tahanan yang berada di sana," ujan Hassan.

Mengenai agenda pertemuan dengan Hillary, ia mengungkapkan pihaknya masih membicarakan dengan Kedubes AS di Indonesia mengenai topik-topik yang akan dibahas dalam pertemuan.

Yang menjadi fokus, kata Hassan, adalah bagaimana kedua negara membangun hubungan bilateral yang lebih baik dibandingkan masa-masa sebelumnya.

"Juga isu-isu regional dan internasional yang menjadi perhatian kita bersama, termasuk ASEAN dan proses integrasi di kawasan Asia Timur dan masalah-masalah internasional lainnya yang menonjol, termasuk Palestina, Iran, dan lain-lain," paparnya.

Sementara itu, ketika ditanya secara terpisah di Gedung Deplu, Jumat, Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Dahuri, mengatakan apakah masalah Hambali akan menjadi topik pembicaraan dalam kunjungan Hillary ke Indonesia, hal itu tergantung pihak Departemen Luar Negeri.

Ketika ditanya apa yang diinginkan Polri sendiri tentang Hambali, Bambang menjawab, "Saya tidak ingin berkomentar tentang itu."

Hambali alias Encep Nurjaman ditahan di Penjara Guantanamo --di Pangkalan Angkatan Laut AS di Kuba-- sejak tahun 2003 setelah dirinya tertangkap di Filipina.

Ia dituduh sebagai salah satu pentolan kelompok teroris Jamaah Islamiyah yang dicurigai memiliki peranan penting dalam peristiwa Bom Bali I tahun 2002 yang menewaskan 202 orang, kebanyakan turis Australia.

Baru-baru ini Presiden AS Barack Obama mengumumkan niatnya untuk menutup penjara Guantanamo, namun ia mengatakan niat tersebut tidak akan dapat terwujud pada masa 100 hari jabatannya --yang dimulai sejak 20 Januari 2009.

Penjara militer kontroversial itu masih menahan 250 tersangka teroris.

Keberadaan penjara Guantanamo, yang didirikan pada tahun 2002 untuk menampung ,petempur musuh, yang ditangkap dalam ,perang melawan terorisme, pemerintahan mantan presiden George W. Bush, telah menuai kritikan luas dari berbagai kalangan, terutama kelompok kebebasan sipil.

Penghuni Guantanamo dilaporkan pernah mencapai sekitar 800 orang tawanan, yang sebagian besar di antaranya tidak pernah didakwa.

Dari 250 tawanan yang tersisa, hanya sekitar 20 tawanan yang didakwa, termasuk lima orang yang dituduh membantu mengorganisir serangan 11 September ke AS.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009