Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta seluruh jajaran direksi Pertamina untuk belajar dari sejumlah masalah dan pengalaman yang terjadi, khususnya yang terkait dengan tanggung jawab Pertamina dalam pengelolaan energi di dalam negeri, sehingga lebih responsif bila dihadapkan dalam masalah serupa di masa yang akan datang.
Hal tersebut disampaikan Kepala Negara usai mendengarkan paparan dari Direksi Pertamina mengenai evaluasi kinerja dan rencana kerja BUMN tersebut selama 2009, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis sore.
"Saya minta jajaran Pertamina mengambil pelajaran dari tahun-tahun terakhir ini. Responsif dan cekatan bila menyelesaikan masalah yang terkait tugas Pertamina," kata Presiden dalam keterangan pers didampingi oleh Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan dan jajaran direksi lainnya serta sejumlah menteri kabinet Indonesia Bersatu.
Presiden Yudhoyono menjelaskan pemerintah menginginkan Pertamina bukan saja menjadi institusi yang bebas dari korupsi dan akuntabel serta profesional, namun juga memiliki sifat yang responsif dan cekatan dalam menyelesaikan sejumlah masalah, antara lain distribusi BBM, sehingga tujuan BUMN itu untuk menjadi perusahaan kelas dunia dapat terwujud.
"Saya sampaikan juga dalam pertemuan hari ini, kita ingin Pertamina betul-betul menjadi perusahaan yang baik, bukan hanya tidak korupsi, tapi berkemampuan dan responsif. Itu baru separuh, selebihnya reformasi Pertamina bisa membuat perusahaan ini terus berkembang bisnisnya, sehingga bisa mewujudkan keinginan menjadi lokomotif terdepan dalam kontribusi ekonomi," kata Kepala Negara.
Proses transformasi Pertamina yang mulai dilaksanakan sejak 2006, dalam pandangan Presiden, memasuki awal 2009 ini sudah mulai menunjukkan hasilnya, baik dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia maupun efesiensi dalam distribusi dan produksi serta pencapaian target produksi.
Namun Presiden menegaskan untuk distribusi masih ditemukan adanya sejumlah permasalahan khususnya untuk distribusi minyak tanah di sejumlah daerah. Menghadapi hal ini Kepala Negara meminta agar Pertamina berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan juga BPH Migas sebagai badan pengawas.
"Atas hal ini saya minta ada permasalahan yang harus ditata dengan serius karena melibatkan baik Pertamina, maupun pemerintah daerah sekaligus BPH migas sebagai badan pengawas," tegasnya.
Sedangkan terkait persediaan BBM, atas laporan dari jajaran direksi Pertamina, Kepala Negara mengatakan stok BBM untuk solar , minyak tanah dan Elpiji cukup aman, namun premium ada sedikit masalah.
"Terkait premium ada kekurangan terkait dengan sasaran, tapi masih dalam batas aman, oleh karena itu saya dukung langkah Dirut agar semua stok betul-betul aman. Dalam iklim yang tidak menentu ini gelombang laut tinggi tidak selalu baik , distribusi harus dikelola dengan baik dan harus antisipatif pertamina bekerjasama dengan pemerintah daerah sehingga cegah terkadinya keterlambatan distribusi BBM," kata Yudhoyono.
Untuk perkembangan konversi minyak tanah ke elpiji, Presiden menilai sudah berjalan dengan baik.
"Konversi minyak tanah ke elpiji, progres baik, saya berharap betul-betul dituntaskan sehingga menghemat subsidi bagi minyak tanah, dihitung tadi bisa mencapai Rp22 triliun penghematan pertahun bila konversi tuntas bisa dilakukan," katanya.
Dalam kunjungan kerja tersebut Presiden didampingi oleh Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Menko Polhukam Widodo AS, Mensesneg Hatta Radjasa, Mendag Mari Elka Pangestu, Menhub Jusman Syafii Djamal, Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi dan Seskab Sudi Silalahi.
***2***
(T.P008*G003
Copyright © ANTARA 2009