Surabaya (ANTARA News) - Energi Surya merupakan energi terbarukan yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia, terutama wilayah pesisir dan pulau-pulau terpencil. "Indonesia memiliki pendukung sumber daya energi surya, karena Indonesia terletak di khatulistiwa, apalagi angin dan geothermal (panas bumi) juga potensial untuk dikembangkan," kata Direktur Balai Besar Teknologi Energi BPPT Dr M Amirullah Makmunsyah di Surabaya, Kamis. Ia mengemukakan hal itu saat berbicara dalam Seminar Bahari Nasional bertajuk "Potensi Pengembangan Energi Terbarukan di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Indonesia" yang digelar BEM ITS dalam rangkaian "Ocean Week 4." Dalam seminar yang juga menampilkan pakar Teknik Kelautan ITS Prof. Ir. Daniel M Rosyid PhD. M.RINA itu, ia mengatakan energi surya sangat potensial di Indonesia, karena siklus pancaran sinar matahari di Indonesia lebih baik dibanding negara di bagian utara atau selatan. "Tapi, Indonesia masih kalah dengan Jerman, padahal energi surya di Indonesia lebih banyak," katanya. Selain itu, katanya, energi geothermal seharusnya juga bisa menjadi harapan utama negara untuk menggantikan energi fosil. "Indonesia merupakan penghasil panas bumi yang terbesar, bahkan Indonesia sudah tertinggal dari Filipina dan Selandia Baru, karena kedua negara itu sekarang sudah bertumpu pada energi panas bumi dan bukan lagi energi fosil," katanya. Menurut dia, banyak hal yang dapat dilakukan untuk bisa menemukan energi baru guna menggantikan energi fosil yang "unrenewable" (tidak berkesinambungan). "Untuk itu, dibutuhkan inovator-inovator yang handal untuk bisa menemukan energi terbarukan itu, tapi hal itu ada di tangan banyak pihak yakni insinyur dan inventor," katanya. Apalagi, katanya, beberapa daerah terpencil tidak bisa mengakses energi, karena itu sekarang sedang digalakkan program Desa Mandiri Energi (DME). "Program itu berusaha memecahkan permasalahan sistem distribusi energi di daerah-daerah terpencil itu, lalu menciptakan energi-energi baru yang bersifat lokal," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009