Jakarta (ANTARA News) - Kesuksesan pemilu legislatif dan presiden serta wakil presiden 2009 juga bergantung pada peran media massa.

Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) I Gusti Putu Artha, di Jakarta, Kamis, mengatakan media sangat membantu KPU dalam memberikan informasi pada masyarakat tentang pelaksanaan pemilu 2009.

Meskipun demikian, ia juga mengakui peran media tidak hanya sebatas memberikan informasi tetapi juga sebagai pengawas terhadap pelaksanaan tahapan pemilu 2009.

"Kalaupun media kritis terhadap kinerja kami, saya melihat itu sebagai bentuk kepedulian media agar pemilu sukses," katanya disela-sela seminar "Pemilu 2009 Dalam Perspektif Media".

Putu menyadari pemberitaan di media massa memiliki kekuatan untuk membentuk opini publik. Ia menyayangkan adanya pemberitaan di media massa tentang kegiatan KPU yang isinya dapat menggiring pemikiran publik kearah yang keliru.

Ia berharap media dapat membentuk opini publik secara cermat, akurat, dan tepat, khususnya mengenai pemilu 2009. Ia menginginkan agar media turut mendukung terwujudnya pemilu yang sukses.

Turut hadir dalam seminar itu sebagai pembicara yaitu Pemimpin Redaksi LKBN ANTARA Saiful Hadi, Sekretaris Perusahaan Media Nusantara Citra (MNC) Gilang Iskandar, Direktur Eksekutif Nusantara Centre Yudhie Haryono, dan Ketua Panwaslu DKI Jakarta Ramdansyah.

Sementara itu, menurut Ramdansyah, media harus aktif melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tahapan. Tidak bisa dipungkiri bahwa peran media sangat dibutuhkan untuk mengawasi tahapan.

Melalui media, panitia pengawas pemilu mendapatkan informasi tentang pelanggaran maupun kecurangan yang terjadi di lapangan.

"Kami mengharapkan media juga ikut melakukan pengawasan," katanya.

Pemimpin Redaksi LKBN ANTARA Saiful Hadi mengungkapkan media memegang peran penting sebagai pengawas. Dalam hal pemilu, media berperan mengawasi sejak tahapan awal dimulai hingga penetapan calon terpilih.

Selain itu, media massa merupakan sarana komunikasi politik bagi partai politik, calon anggota legislatif, maupun calon presiden dan wakil presiden.

Melalui media, peserta pemilu dapat menyampaikan visi, misi, maupun cara pandangnya kepada masyarakat. Ini dapat membantu masyarakat untuk memperoleh informasi seputar pemilu, namun disisi lain kondisi tersebut menguntungkan bagi bisnis media.

Ratusan juta hingga miliaran rupiah dikeluarkan oleh peserta pemilu untuk sekedar "memperkenalkan" diri melalui media.

Sementara itu, Yudhie Haryono menilai saat ini peran media sebagai agen demokrasi kurang bisa diharapkan. Alasannya saat ini media cenderung hanya dimanfaatkan untuk kepentingan elite politik.

"Kita tidak bisa terlalu berharap pada media sebagai agen demokrasi substansial," katanya.

Menurut dia, media harus kembali pada perspektif untuk mensejahterahkan rakyat dan tidak terjebak pada arus media liberal.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009