Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Kamis sore turun menjadi Rp11.790/11.845 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp11.750/11.775 atau melemah 40 poin lebih dibanding pagi yang mencapai 80 poin.

Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, Kamis mengatakan, tekanan pasar agak berkurang, setelah Bank Indonesia (BI) terus memantau pergerakan bank-bank asing yang bervaluta asing (valas).

Ketatnya pengawasn BI terhadap bank asing itu mengakibatkan, mereka tidak berkutik untuk melakukan spekulasi terhadap kedua mata uang itu (rupiah dan dolar AS), katanya.

Rupiah, menurut dia seharus bisa berada jauh dibawah angka Rp11.800 per dolar AS, namun aktifitas pasar menjelang sore hari tidak begitu ramai karena ketatnya pengawasan BI mengakibatkan mata uang lokal itu terkoreksi tidak besar.

"Kami optimis apabila BI terus melakukan upaya seperti itu maka rupiah tidak akan terpuruk lebih jauh lagi," ujarnya.

Ia mengatakan, pelemahan rupiah saat ini, karena pasokan dolar AS ke pasar domestik masih seret, akibat keluarnya investor asing dari pasar domestik.

Investor khawatir melakukan investasi di negara yang resiko tinggi akan merugikan, meski Indonesia tetap dinilai sebagai pasar potensial untuk mencari gain yang lebih besar, ucapnya.

Karena itu, lanjut dia sampai saat ini rupiah masih tetap terpuruk, apalagi anggapan masyarakat memegang dolar lebih aman ketimbang mempunyai rupiah.

Sekalipun rupiah terpuruk sepanjang pekan ini, namun posisi hampir tidak jauh dar posisi pekan sebelumnya yang menunjukkan bahwa BI tetap komit berada di pasar, ucapnya.

Menurut dia, pelaku pasar lebih cenderung membeli dolar karena mereka masih khawatir dengan pertumbuhan ekonomi global yang mengimbas ke pasar domestik semakin tinggi, karena paket stimulus Amerika Serikat sebesar 838 miliar dolar belum dapat mendorong pertumbuhan ekonomi global tumbuh dengan baik.

"Kami ragu-ragu dengan paket stimulus AS sebesar itu, meski telah mendapat persetujuan dari konggres," ucapnya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009