Indonesia termasuk negara berisiko untuk masuknya virus corona

Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan Dokter Emergency Indonesia (PDEI) mengatakan Indonesia berisiko terjangkit virus COVID-19 mengingat banyaknya jalur yang menjadi lalu lintas pergerakan orang dari dalam dan ke luar negeri.

"Sebenarnya kalau dibilang berisiko, Indonesia termasuk negara berisiko untuk masuknya virus corona," kata Ketua PDEI Dr. Mohammad Adib Khumaidi dalam acara talkshow untuk media mengenai Update Corona di Indonesia di Jakarta, Sabtu.

Meski berisiko terjangkit wabah virus tersebut, ia bersyukur bahwa sampai saat ini Indonesia belum mencatat kasus pasien yang positif terjangkit virus tersebut dari 116 orang yang diduga tetapi kemudian dikonfirmasi negatif oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Namun demikian, pemerintah, katanya, terus melakukan upaya keras untuk dapat mencegah kemungkinan masuknya ke Indonesia.

Baca juga: Masyarakat Korea Selatan diimbau tetap di dalam rumah, cegah COVID-19

"Perlakuan buat yang terduga yang dirawat di rumah sakit pun, oleh teman-teman kami di beberapa rumah sakit, tetap memberikan perlakuan seperti halnya pasien-pasien yang kemudian dicurigai dengan virus itu, seperti juga yang dulu pernah kita lakukan pada saat ada SARS atau flu burung," katanya.

Terkait banyaknya jalur ilegal di perbatasan yang menjadi titik pergerakan orang dari dan ke luar negeri, ia mengatakan pemerintah telah menjaga ketat dan melakukan pemeriksaan dengan thermal scanner di 135 pintu masuk, baik melalui jalur darat, udara maupun laut, guna mencegah kemungkinan penyebaran .

"Jadi pemeriksaan khusus dalam artian ada screening memang harus. Kemudian tenaga-tenaga kesehatan di sana pun kita kasih pelatihan," ujarnya.

"Tapi yang paling penting, pada saat ada case findings, maka ada ter-record, keluar masuknya itu. Termasuk juga perlunya diinformasikan kepada pihak di jalur masuk tersebut. Kalau dia berasal dari daerah-daerah yang sudah endemik, kemudian ada keluhan, dia harus segera ke mana itu harus terinformasikan, supaya masyarakat juga tahu bahwa kalau dia berobat, mendatangi siapa, kemudian apa yang harus dia lakukan," katanya lebih lanjut.

Baca juga: Kemenkes: Indonesia masih belum ada kasus COVID-19

Pewarta: Katriana
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020