Cilacap, (ANTARA News) - Puluhan aktivis lingkungan hidup "Greenpeace" bersama Koalisi Anti-Batubara (Walhi, Jatam, KAM, dan SDE), menggelar aksi unjuk rasa damai berupa teatrikal di pintu gerbang utama PLTU Cilacap, Kamis, pukul 07.00 WIB.
Dalam aksi teatrikal tersebut, para aktivis lingkungan hidup tersebut menggambarkan tentang dampak-dampak negatif penggunaan energi batu bara.
Mereka membentangkan dua buah spanduk berwarna kuning, masing-masing bertuliskan "Batubara Mematikan" dan "Coalition Against Coal".
Sementara 10 aktivis berpakaian oranye dan bermasker tampak duduk membuat pagar dengan tangan saling terhubung menggunakan pipa, sedangkan belasan aktivis lainnya yang berpakaian putih bermasker tampak tiduran.
Para aktivis berpakaian putih tersebut menggambarkan para korban dampak negatif penggunaan energi batu bara.
Terkait aksi tersebut, pejabat PLTU Cilacap dan polisi mengajak perwakilan aktivis lingkungan hidup untuk berdialog di dalam gedung PLTU.
Namun, para aktivis lingkungan yang diwakili Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara, Arif Fiyanto dan Koordinator Komite Aspirasi Masyarakat (KAM) Cilacap, Sugriyatno enggan menerima permintaan tersebut.
Mereka tetap berkeinginan untuk berdialog dan menyampaikan aspirasinya di depan PLTU Cilacap sehingga sempat terjadi perdebatan antara aktivis dengan para pejabat PLTU dan polisi dari Polres Cilacap.
Bahkan, mereka menunjukkan hasil rekam medis salah satu warga yang terkena dampak batu bara kepada Field Manager PLTU Cilacap, Sutikno.
Selain itu, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpece Asia Tenggara, Arif Fiyanto menyampaikan tuntutan Koalisi Anti-Batubara antara lain berupa mendesak pemerintah menghentikan ekspor batu bara dan penggunaan energi batu bara sebagai sumber energi.
Mereka juga menolak perluasan PLTU bertenaga batu bara di Cilacap dan wilayah lainnya karena semestinya pemerintah segera mengembangkan sumber-sumber energi bersih dan terbarukan di Indonesia.
"Mengingat dalam kasus PLTU Cilacap, upaya-upaya mediasi yang dilakukan selama ini tak menunjukkan kemajuan berarti. Kami menuntut dilakukannya sebuah pertemuan yang setara antara jajaran direksi PLTU, pemerintah daerah, dan KAM menyelesaikan masalah yang ditimbulkan PLTU Cilacap, selambatnya akhir Februari 2009," kata Arif.
Greenpeace juga menyampaikan hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan terhadap 562 warga di sekitar PLTU pada Rabu (11/2).
Dalam pemeriksaan tersebut diketahui 60 persen menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), 20 persen bronchitis, 10 persen faringitis, dan 10 persen sakit lainnya.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009