Surabaya (ANTARA News) - Wakil Kepala Pelaksana Harian Komnas Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (FBPI) dr Emil Agustiono, MKes mengemukakan, dana bantuan Bank Dunia untuk mengatasi flu burung di Indonesia senilai Rp52 miliar belum dimanfaatkan.
Menurut Emil di sela-sela lokakarya Simulasi Respon Pandemi Influenza di Batu, Jatim, Rabu, dana Bank Dunia itu adalah untuk alokasi pemusnahan unggas dengan jatah Rp15 ribu per ekor, namun tidak bisa dimanfaatkan karena masyarakat menghargai unggasnya lebih mahal.
Persoalannya lagi, dana tersebut tidak boleh digunakan untuk keperluan lain, kata Emil dalam lokakarya yang didukung Unicef, FBPI dan pemerintah Kanada itu.
"Meskipun demikian, kami masih melakukan pendekatan agar dana itu bisa untuk aktivitas lain dalam upaya mengurangi dampak virus flu burung," katanya.
Dalam pemusnahan unggas dan pencegahan penyebaran virus flu burung, ideologi suatu negara juga berpengaruh. Di suatu negara lain, pemerintah bisa memerintahkan langsung memusnahkan seluruh unggas tanpa kompensasi.
"Tapi di negara kita tidak bisa melakukan hal itu. Kita harus memikirkan kompensasinya yang sangat besar," katanya.
I juga mengemukakan, selain melakukan sosialisasi apa yang harus dilakukan oleh masyarakat menghadapi virus menghebohkan itu, pihaknya juga akan berupaya menambah rumah sakit rujukan flu burung.
"Saat ini kan ada 100 rumah sakit rujukan untuk flu burung. Itu bisa ditambah, khususnya jika terjadi pandemi. Kami akan melihat rumah-rumah sakit kelas dua dan tiga yang bisa ditingkatkan statusnya. Bahkan mungkin juga bisa puskesmas," katanya.
Pihaknya mengajak semua komponen masyarakat untuk peduli pada masalah flu burung ini karena jika terjadi pandemi maka dampaknya sangat mengerikan.
"Sektor ekonomi akan lumpuh dan lainnya juga lumpuh. Bahkan bisa terjadi masalah sosial," katanya.
Pada lokakarya yang diikuti utusan instansi pemerintah dan swasta itu diperlihatkan film mengenai simulasi pandemi flu burung. Film itu memperlihatkan bagaimana dampak pandemi flu burung merambah ke semua sektor kehidupan.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009