Surabaya (ANTARA News) - Ribuan korban lumpur Lapindo mengancam melakukan aksi demonstrasi ke Istana Presiden karena PT Minarak Lapindo Jaya (MLJ) selaku juru bayar Lapindo terbukti tidak mampu mengangsur sisa ganti rugi sesuai kesepakatan yang disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 3 Desember 2008.
"Kita harus menyimpan energi lagi, karena Minarak ternyata tidak mampu mengangsur sesuai kesepakatan 3 Desember 2008. Kita akan ke Istana Presiden di Jakarta untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah," kata salah satu perwakilan Korban Lumpur Lapindo (KLL), Koes Soelaksono, di Surabaya, Rabu.
Ucapan Koes di hadapan ribuan massa yang berunjukrasa di kantor PT MLJ di Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya yang tepat berada di depan bundaran Mayjen Sungkono-Satelit itu mendapat jawaban "ya" dari massa yang langsung mengepalkan tangan.
Sebelumnya, massa berunjukrasa di kantor BPLS Jalan Gayung Kebonsari, Surabaya.
Dalam dialog antara perwakilan korban lumpur dengan Vice President PT MLJ, Andi Darussalam, terungkap bahwa pihaknya tak sanggup mengangsur pembayaran sisa ganti rugi korban lumpur sesuai kesepakatan 3 Desember 2008 yakni angsuran Rp30 juta per-bulan/orang dan bantuan uang kontrak Rp2,5 juta per-orang.
"Saya belum terima angsuran ganti rugi sama sekali, kecuali pembayaran awal sebesar 20 persen dengan jumlah 32,4 juta," kata warga Perum TAS I, M Ghufron.
Ketika berunjukrasa di bundaran Jalan Mayjen Sungkono-Satelit itu, massa sempat memblokade bundaran dengan arus lalu lintas cukup padat itu, sehingga kemacetan sepanjang dua kilometer itu sempat terjadi selama 30 menit lebih.
Bahkan, kemacetan juga sempat terjadi di beberapa ruas jalan yang dilewati para pengunjukrasa yakni bundaran Waru, Jalan Ahmad Yani, Jalan Gayung Kebonsari, Jalan Diponegoro, dan Jalan Mayjen Sungkono.
Namun, aksi demonstrasi berlangsung tanpa tindakan anarkhis hingga berakhir pukul 14.30 WIB, kendati massa yang sebagian mengendarai sepeda motor berboncengan itu terlihat cukup penat setelah berunjukrasa sejak berangkat dari Sidoarjo pada pukul 08.00 WIB.
Padahal, aparat kepolisian tampak siaga dengan mengerahkan 300-an personel di depan kantor BPLS Jalan Gayung Kebonsari dan 1.200-an personel di depan kantor PT MLJ Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009