"Universe itu catatan tentang ingatan-ingatan, layaknya seseorang yang mengingat memorinya sebelum menulis. Ini cara saya mencatat perjalanan dari kanak-kanak sampai sekarang usia 88 tahun. Bagaimana sawah yang dahulu begitu luas sekarang tidak ada lagi yang seluas itu," kata Srihadi dalam keterangan pers di Jakarta pada Jumat.
Akan ada 44 lukisan yang dipamerkan yang terdiri dari 38 lukisan baru dan 6 koleksi pribadi.
Karya-karya tersebut antara lain "Horizon The Golden Harvest" (2018), "Borobudur Drawing" (1948), "Borobudur The Energy of Nature" (2017), "Mt. Bromo The Mystical Earth" (2017), "Papua -The Energy of Golden River" (2017), "The Mystical Borobudur" (2019), dan "Jakarta Megapolitan Patung Pembebasan Banjir" (2020).
Seluruh karya, kecuali "Sketsa Borobudur" (1948), menggunakan media cat minyak pada kanvas.
Baca juga: Rentang Kembara Roso, 70 tahun rekam jejak pelukis Srihadi Soedarsono
Lukisan "Sketsa Borobudur" dibuat saat Srihadi baru berusia 17 tahun, di mana dia sudah menunjukkan intuisi dan ketertarikan terhadap nilai-nilai alam, manusia, dan budaya.
Dalam lukisan, dia menggambarkan candi Borobudur dengan pendekatan lanskap melalui garis-garis ekspresif.
Sketsa ini sengaja ditampilkan bersama karya-karya mutakhirnya sebagai penanda bahwa sketsa Borobudurlah cikal bakal Srihadi membuat lukisan-Iukisan landscape di kemudian hari.
Kurator pameran A. Rikrik Kusmara mengelompokkan 44 karya Srihadi dalam empat rumpun besar, yakni social crictics, dynamic, human & nature, dan contemplation.
Rikrik Kusmara mengatakan pameran tersebut adalah pendekatan baru Srihadi dalam mengekspresikan lanskap, sebab menampilkan metafor dan simbol yang cukup kompleks.
Bersamaan dengan pembukaan pameran, akan diluncurkan buku berjudul "Srihadi Soedarsono Man x Universe" yang membedah hubungan spiritual manusia, berikut siklus hidupnya, dengan aIam semesta. Buku ditulis oleh Siti Farida Srihadi bersama budayawan Dr. Jean Couteau.
Srihadi Soedarsono lahir di Surakarta, 4 Desember 1931. Karya awal Srihadi Soedarsono berupa geometris sintetik. Pada tahun 1960 dia mulai menuju eksperimentasi pada bentuk abstrak lewat tempelan potongan kertas dan spontanitas warna. Memasuki 1970 cenderung impresionis lewat cat air dan ekspresionis lewat cat minyak dan sering memasukkan unsur simbolis dalam lukisannya.
Terakhir karyanya muncul dalam bentuk simplifikasi dengan garis horison yang kuat.
Baca juga: Srihadi Soedarsono sempurnakan goresan Jokowi jadi lukisan
Baca juga: Maestro lukis Srihadi Soedarsono pamerkan ratusan karya
Baca juga: Bidadari di samping pelukis Srihadi Soedarsono
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020