Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta Rabu sore masih bergerak turun, namun tekanan pasar agak berkurang sehingga hanya merosot 65 poin menjadi Rp11.785/11.830 dari sebelumnya Rp11.720/11.750 per dolar.

Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, Rabu, mengatakan berkurangnya tekanan pasar itu disebabkan masuknya Bank Indonesia (BI) ke pasar. BI melakukan intervensi dengan melepas cadangan devisa dolarnya.

Dengan adanya intervensi itu, sambungnya, pasokan dolar yang seret agak berkurang dan akibatnya tekanan terhadap rupiah sedikit melemah.

Meski BI masuk pasar, menurut dia, BI tidak menggunakan semua cadangan dolarnya karena tekanan pasar masih negatif, melainkan hanya cukup untuk membuat rupiah sedikit bernafas.

Namun masuknya BI itu sedikit banyak memberikan harapan bahwa rupiah akan tetap dijaga untuk tidak mendekati angka Rp12.000 per dolar AS. "Kami memperkirakan rupiah akan tetap tertekan pada hari berikutnya karena sentimen negatif masih tetap tinggi," tuturnya.

Ditambahkannya bahwa melemahnya rupiah saat ini terjadi akibat penilaian pasar belum jelas mengenai bentuk stimulus pemerintah Amerika Serikat (AS). "Kalau melihat aktivitas perdagangan di pasar uang, rupiah memang mengalam tekanan dan hal ini terjadi di semua mata uang di dunia, kecuali dolar AS dan yen," katanya.

Dalam hubungan itu, ia mengingatkan bahwa paket penyelamatan ekonomi berupa stimulus senilai 838 miliar dolar AS yang telah disetujui Senat belum memiliki kejelasan, terutama untuk paket penyelamatan sektor keuangan.

"Yang terkait dengan paket pemulihan di sektor keuangan ini yang dipertanyakan kejelasannya. Detailnya pun belum jelas, sehingga pasar berpikir lain," katanya.

Rupiah, menurut dia, masih akan tertekan pasar sepanjang semester pertama 2009, namun diharapkan pada semester kedua akan membaik apabila pertumbuhan ekonomi global membaik yang berakibat positif terhadap pasar domestik.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2009