Jombang (ANTARA News) - Tempat praktik dukun cilik Muhammad Ponari (9) di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupetan Jombang masih diserbu pasien meski tempat praktik tersebut sudah ditutup sejak awal pekan lalu.
"Saya sudah tahu kalau tempat praktik Ponari ini sudah ditutup, tapi saya tetap menunggu. Siapa tahu nanti dia (Ponari) datang dan dibuka lagi praktiknya," kata Sunarti, salah seorang pasien asal Mojoagung, saat dikonfirmasi di Jombang, Jatim, Rabu.
Ia mengatakan, memilih untuk bertahan karena sudah beberapa hari mengantre. "Saya lebih baik mengantre dari pada saya harus pulang. Tanggung, dua hari mengantre harus pulang dengan tangan hampa," katanya.
Harapan itulah yang menjadikan Sunarti memilih untuk bertahan di tempat praktik dukun cilik Ponari. "Saya memiliki keyakinan kalau Ponari akan membuka lagi tempat praktiknya, meski saya harus menunggu," katanya.
Menurutnya, menunggu Ponari untuk membuka kembali tempat praktiknya merupakan ibadah yang harus dilakoni dengan ikhlas. "Segala sesuatunya itu kan butuh perjuangan, termasuk menunggu Ponari agar mau membuka kembali tempat praktiknya," katanya.
Ibu dua anak ini mengaku, lebih tenang tinggal di tempat praktik Ponari daripada harus kembali pulang. "Kalau saya pulang, berarti saya menyerah dengan cobaan yang diberikan Tuhan. Perilaku Ponari menunda pengobatannya, merupakan ujian yang harus kami jalani," katanya.
Ungkapan serupa juga disampaikan Suparman pasien asal Pekalongan, Jawa Tengah yang rela antri berdesakan di depan pintu masuk. "Kalau harus menunggu hingga satu pekan lagi saya masih sanggup. Daripada saya pulang, tanpa membawa hasil," katanya.
Ia mengatakan, sudah lebih dari tiga hari ini dirinya harus tidur di atas tikar yang digelar di tengah jalan. "Sudah menjadi resiko kami, jika ingin mendapatkan pengobatan dari Ponari," katanya.
Hingga saat ini, dirinya masih memegang kupon yang dibelinya dari panitia seharga Rp3 ribu tiga hari lalu.
"Kemarin memang banyak pasien merobek kuponnya lantaran kecewa dengan surat pernyataan keluarga yang menghentikan praktik pengobatan Ponari. Tapi saya tetap menyimpannya, siapa tahu ada kesempatan bagi saya," katanya.
Sebelumnya, Ponari yang masih duduk di kelas III SD mendapatkan kemampuan alternatifnya pertamakali, saat ia sedang bermain hujan. Saat itu, tiba-tiba muncul petir dan sebuah batu menjatuhi kepala Ponari.
Batu itu lantas dibawanya pulang ke rumah. Ponari kemudian mencoba keajaiban batu itu kepada anak tetangganya, yang sedang menderita sakit. Anak itu langsung sembuh. sejak saat itulah Ponari kemudian dikenal dengan julukan dukun cilik. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009