meskipun virus ini belum dinyatakan secara resmi ditemukan di Indonesia, tidak bisa dipungkiri hal ini akan berpengaruh pada perekonomian Indonesia.
Jakarta (ANTARA) - Konsultan jasa finansial Grant Thornton mengingatkan Indonesia untuk mengantisipasi potensi dampak virus corona yang dapat mempengaruhi gerak pertumbuhan ekonomi nasional sehingga tidak menjadi melambat.
Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani dalam rilis yang diterima di Jakarta, Jumat, menyatakan bahwa pelemahan ekonomi Indonesia bisa terjadi karen China, sebagai sumber dari penyebaran virus corona, merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia.
"Virus corona yang sudah menyerang banyak saudara kita di belahan negara lain tentu menjadi ketakutan yang juga dirasakan hingga Indonesia," ucap Johanna.
Baca juga: Jaga stabilitas ekonomi, pemerintah diminta fokus dorong konsumsi
Menurut dia, meskipun virus ini belum dinyatakan secara resmi ditemukan di Indonesia, tidak bisa dipungkiri hal ini akan berpengaruh pada perekonomian Indonesia.
Ia mengemukakan, pemerintah telah mempersiapkan langkah-langkah preventif dalam menanggulangi goyahnya ekonomi jika virus ini sampai masuk ke Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari 2020, penurunan tajam terjadi pada ekspor migas dan nonmigas yang merosot 12,07 persen, hal ini dapat terjadi karena China merupakan pengimpor minyak mentah terbesar, termasuk dari Indonesia. Dari sisi impor juga terjadi penurunan 2,71 persen yang disumbang turunnya transaksi komoditas buah-buahan.
"Walaupun status Indonesia pada saat ini belum ditemukan virus corona, sebenarnya dampak pada perekonomian negara kita sudah terasa. Strategi pemerintah saat ini untuk mengoptimalkan biaya APBN dan menggunakan berbagai instrumen untuk menjaga daya beli masyarakat, kami pandang sudah tepat untuk menjaga perekonomian Indonesia tetap stabil," ucap Johanna.
Sebelumnya, lembaga kajian ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) meminta pemerintah fokus pada konsumsi rumah tangga agar stabilitas ekonomi nasional terjaga di tengah kekhawatiran virus corona.
"Kontribusi PDB terbesar kita kan dari konsumsi. Konsumsi menjadi kunci supaya ekonomi tidak turun, nah gimana caranya? APBN dan APBD harus lebih banyak diguyur ke masyarakat," ujar ekonom senior Indef Aviliani dalam konferensi pers bertema "Salah Kaprah Status Negara Maju" di Jakarta, Kamis (27/2).
Baca juga: LIPI sebut COVID-19 akan koreksi pertumbuhan ekonomi 0,29 persen
Ia menjelaskan bukan berarti pemerintah memberikan uang langsung ke masyarakat, tapi lebih berkonsentrasi ke pemberdayaan masyarakat.
"Kalau kita lihat, konsentrasi ke infrastruktur itu sering kali tidak ke konsumsi. Harus ada peralihan dari investasi infrastruktur ke arah pembangunan yang bisa menciptakan pemberdayaan bagi masyarakat," katanya.
Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga harus segera memberikan relaksasi penilaian kualitas kredit bagi debitur yang usahanya terdampak virus corona.
"Industri yang ter dampak virus corona dapat mengakibatkan produksinya menurun dan mengakibatkan cash flow terhambat, mereka tidak bisa bayar kredit. Biasanya mereka langsung tidak dipercaya dan mati. Nah, itu ada relaksasi dari sisi restrukturisasi kredit, ada relaksasi dari NPL (kredit bermasalah), sehingga nanti tidak mengganggu jalannya industri," paparnya.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020