"Kami mengimbau seluruh pasien agar membubarkan diri dari tempat praktik milik Ponari," kata Kepala Kepolisian Resor (Polres) Jombang, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Muhammat Khosim saat dikonfirmasi di Jombang, Jatim, Selasa.
Imbauan tersebut dikeluarkan karena masih banyak pasien yang enggan meninggalkan tempat praktik Ponari. "Ribuan pasien itu yakin Ponari akan kembali lagi untuk memberikan pengobatan kepada mereka," katanya.
Untuk sementara, pihaknya akan memberikan waktu kepada Ponari dan keluarganya untuk beristirahat."Lama istirahatnya pun terserah Ponari, bisa satu hari, satu minggu atau bahkan satu bulan. Terserah pada Ponari saja," katanya.
Ia mengatakan pemberian waktu istirahat ini memang perlu dilakukan. "Karena, sejak tadi malam hingga siang ini kondisi fisik Ponari terlihat drop. Mungkin karena kecapekan telah mengobati ribuan pasien," katanya.
Disinggung soal meninggalnya empat orang pasien Ponari, Kapolres menegaskan tidak ada hubungannya dengan penutupan tempat praktek tersebut. "Pasien yang meninggal itu kan disebabkan kelelahan. Siapapun kalau kelelahan juga berpotensi untuk meninggal," katanya.
Kapolres juga membantah bahwa batu milik Ponari untuk menyembuhkan penyakit pasiennya itu akan disegel sebagai barang bukti. "Tidak ada berita penyegelan itu. Mungkin alat segel itu digunakan untuk kasus lain, bukan untuk Ponari," katanya.
Sebelumnya Ponari yang masih duduk di kelas III SD itu dilaporkan mendapatkan kemampuan alternatifnya pertamakali, saat ia sedang bermain hujan. Saat itu, tiba-tiba muncul petir dan sebuah batu menjatuhi kepala Ponari.
Batu itu lantas dibawanya pulang ke rumah. Ponari kemudian mencoba keajaiban batu itu kepada salah seorang anak tetangganya yang sedang sakit. Anak itu langsung sembuh. Sejak itulah Ponari mulai dikenal sebagai dukun cilik dengan batu ajaibnya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2009