Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa sore tetap turun tajam hingga mendekati angka Rp11.800 per dolar karena aksi beli dolar AS makin tinggi akibat kekhawatiran pelaku terhadap gejolak krisis keuangan global.

"Krisis keuangan global yang bermula di Amerika Serikat dan Eropa makin mengimbas ke berbagai negara khusus Asia, terutama Indonesia yang pada kuartal pertama 2009 semakin terasa tekanan negatif pasar," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Selasa.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi Rp11.770/11.790 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp11.650/11.700 atau turun 120 poin.

Menurut dia, tekanan pasar terhadap rupiah pada sore ini hampir tidak berubah seperti sesi pagi. Hal ini disebabkan Bank Indonesia (BI) masih berdiam diri tidak melakukan intervensi hanya mengamati kegiatan pasar lebih lanjut.

"Kami optimis BI mempunyai pertimbangan lagi untuk masuk ke pasar apabila rupiah makin tergerus hingga mendekati angka Rp12.000 per dolar AS," ucapnya.

Tekanan terhadap rupiah, lanjut dia makin menjadi-jadi terutama akibat kinerja ekspor Indonesia yang makin terpuruk bahkan dikatakan pertumbuhannya akan semakin menurun.

Kondisi kinerja ekspor Indonesia yang melambat mengakibatkan pasar lebih cenderung membeli dolar AS ketimbang rupiah, katanya.

Menurut dia, peluang rupiah pada semester pertama 2009 masih tetap kecil untuk bisa menguat, karena masih belum ada faktor kuat yang mendorong pergerakan rupiah.

Namun pada semester kedua diharapkan mata uang lokal itu bisa menguat, karena berbagai perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia akan membaik, ucapnya.

Indonesia meski saat ini terpuruk, namun masih merupakan pasar potensial bagi sejumlah investor yang tetap berminat menempatkan dana di pasar domestik.

Untuk saat ini memang para investor menahan diri untuk menginvestasikannnya, namun kedepan mereka siap berencana ke pasar domestik untuk mencari untung lebih besar, ucapnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2009