Srinagar, India (ANTARA News) - Polisi India menyatakan, mereka hari Senin telah menangkap "pemimpin operasional" pasukan gerilya utama Kashmir, Hizbul Mujahidin.Muzaffer Ahmed Dar yang berusia 38 tahun ditangkap di sebuah tempat persembunyian di Srinagar, ibukota musim panas Kashmir India, kata Inspektur Jenderal Polisi B. Srinivas, seperti dilaporkan AFP.Ia menyebut Dar sebagai salah satu pemimpin kelompok pro-Pakistan yang paling diburu.            Hizbul Mujahidin memerangi pasukan India sejak 1989 ketika pemberontakan meletus di Kashmir India.            "Penangkapan Dar itu merupakan kemunduran besar bagi militansi di Kashmir... Ia aktif sejak awal 1990-an dan mendalangi sejumlah aksi terorisme," kata Srinivas.            Hizbul Mujahidin belum memberikan reaksi mereka mengenai penangkapan tersebut.            Kashmir, sebuah wilayah di kawasan pegunungan Himalaya, terbagi atas daerah-daerah yang dikuasai India dan Pakistan.            Kashmir India adalah satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas Muslim di India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu.            Lebih dari 40.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan Muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.            Pemberontak Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.            New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pemberontak Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.            India dan Pakistan terlibat dalam tiga perang dan hampir terjerumus ke dalam perang keempat setelah serangan militan pada 2001 terhadap gedung parlemen India.            Dua dari tiga perang itu meletus karena masalah Kashmir. Laporan-laporan terakhir intelijen India menunjukkan kenaikan tajam dalam upaya penyusupan militan melewati garis pengawasan yang dibantu pasukan perbatasan Pakistan.            Ketegangan meningkat antara kedua negara bertetangga itu sejak orang-orang bersenjata membunuh 165 orang di Mumbai, ibukota finansial India, pada akhir November.            Ketegangan antara kedua negara itu memburuk secara dramatis setelah India menuduh "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam serangan pada 26 November di Mumbai.            Serangan 60 jam di Mumbai oleh gerilyawan muslim itu menewaskan 165 orang dan mencederai ratusan lain.            Sejumlah warga asing termasuk diantara korban yang tewas dalam serangan-serangan militan itu, menurut pernyataan para pejabat di India dan negara tempat asal korban.            Sebuah kelompok tak dikenal yang menamakan diri Deccan Mujahedeen mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, dan seorang bersenjata mengatakan kepada saluran televisi India melalui telefon bahwa mereka berasal dari India dan melakukan serangan itu karena perlakuan terhadap muslim India.            Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, jurubicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.            India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009