"Perpolitikan nasional selama ini cenderung menampilkan 'politik sektarian' atau politik yang menonjolkan identitas dan kelompok," katanya di Pangkalpinang, Babel, Kamis.
Din Syamsuddin mengatakan itu saat menjadi narasumber dalam Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII di Pangkalpinang, Babel, dengan judul makalah "Agenda Strategis Umat Islam Membangun Indonesia Maju, Adil, Makmur, Berdaulat dan Bermartabat".
"Terus tumbuh dan berkembangnya politik sektarian, menjadi masalah bangsa karena terjadi persilangan antara masalah bangsa dan masalah umat Islam," katanya.
Namun pada sisi lain, kata dia, umat Islam sebagai mayoritas tidak cukup memiliki kuasa politik baik karena diri sendiri maupun akibat rekayasa dari luar.
"Akibatnya umat Islam kurang mendapat peran kebangsaan secara optimal dan bangsa kehilangan peluang besar dari sebuah kekuatan nasional," ujarnya.
Menurut dia, politik sektarian yang dihantui imajinasi semu terhadap Umat Islam dan hasrat untuk mengalahkannya mendorong "perang dingin" berkepanjangan di bawah permukaan.
"Ini permasalahan kebangsaan besar Indonesia saat ini, maka Umat Islam harus merasa memiliki tanggungjawab besar dan untuk kemajuan bangsa menuju cita-citanya maka agenda strategis umat Islam Indonesia perlu ditingkatkan," ujarnya.
Baca juga: Din Syamsuddin tawarkan umat Islam mengambil opsi politik
Baca juga: Din: Pancasila dan agama harusnya tidak diungkit perbedaannya
Baca juga: Din Syamsuddin sebut persaudaraan kemanusian solusi peradaban
Pewarta: Ahmadi
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020