Jakarta (ANTARA News) - Aksi profit taking (ambil untung) beberapa saham unggulan menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup turun 0,62 persen.
"Wajar penurunan ini, karena sebelumnya naik cukup tinggi, sehingga beberapa saham yang naik cukup tajam mengalami profit taking," kata Analis Riset PT Valbury Asia Securities Krisna Dwi Setiawan di Jakarta.
IHSG BEI ditutup turun 8,415 poin menjadi 1.342,226 dan indeks LQ45 melemah 1,656 poin atau 0,62 persen ke level 264,102.
Menurut Krisna, secara teknikal sebenarnya indeks BEI masih dimungkinkan untuk melanjutkan kenaikan, karena kondisi saat ini banyak pelaku pasar tidak mau ambil resiko.
"Investor nggak mau pegang terlalu lama sahamnya, setelah mendapat sedikit (untung sedikit) langsung melepasnya," katanya.
Beberapa saham yang mengalami aksi ambil untung dan menekan indeks BEI, diantaranya Bakrie Plantations turun Rp20 menjadi Rp285, Indofood melemah Rp20 ke level Rp1.000, Telkom terkoreksi Rp100 ke harga Rp6.300, Bank BRI terkikis Rp25 ke posisi Rp4.450, Indosat turun Rp50 ke Rp5.800 dan Bank Mandiri turun Rp30 menjadi Rp1.770.
Krisna juga mengungkapkan bahwa sempat terjadi kekhawatiran di pasar saham atas rencana pengumuman penyelamatan lembaga keuangan oleh pemerintah Obama.
"Terjadinya penundaan satu hari pengumuman langkah yang diambil untuk penanganan krisis oleh pemerintah Obama yang rencananya nanti malam menjadi besok sempat menjadi kekhawatiran pasar," jelasnya.
Kekhawatiran ini sempat membuat indeks BEI turun hingga ke 1.332,279 (turun 18,362 poin), namun terjadi penguatan kembali, sehingga turun tipis 8,415 poin.
Krisna menegaskan bahwa penurunan indeks BEI pada awal pekan ini lebih didominasi oleh aksi ambil untung saja dibanding sentimen eksternal.
Aksi ambil untung ini membuat pergerakan saham didominasi yang turun sebanyak 73 dibanding yang naik 30 dan 57 stagnan.
Perdagangan saham cukup ramai, sebanyak 43.443 kali transaksi dengan melibatkan 1,844 miliar saham dan nilai Rp1,307 triliun. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009