Menurut jurubicara Jamaah Hizbullah, Agus kepada wartawan di Jakarta, Senin, etnis Rohingya mendapat perlakuan buruk di Myanmar dan juga tidak mendapatkan kebebasan untuk beribadah sesuai dengan keyakinan mereka.
Berbagai perlakuan tersebut juga menyebabkan ratusan warga etnis Rohingya memutuskan untuk pergi dari Myanmar melalui jalur laut dan ditampung di sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara antara lain Indonesia.
Jamaah Hizbullah menginginkan agar organisasi ASEAN dapat mengeluarkan kebijakan untuk menekan pemerintah Myanmar yang dikuasai oleh junta militer tersebut.
Selain itu, mereka juga mendesak agar pemerintah Indonesia mau mengulurkan bantuan kemanusiaan yang layak bagi para pengungsi Rohingya.
Jamaah Hizbullah sendiri juga berencana untuk membantu para pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh dengan mengirimkan sejumlah bantuan antara lain berupa makanan dan obat-obatan.
Perwakilan dari ormas Islam tersebut akhirnya hanya bisa menemui sejumlah staf Kedutaan Besar Myanmar untuk menyampaikan aspirasi mereka.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda pada Jumat (6/2) mengemukakan, Pemerintah Indonesia tengah mengambil langkah-langkah diplomatik menyangkut penanganan manusia perahu Rohingya.
Langkah-langkah diplomatik itu antara lain dengan mengintensifkan kerjasama dengan organisasi-organisasi internasional seperti organisasi internasional untuk migrasi (IOM), badan PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) dan Palang Merah Internasional (ICRC).
Indonesia juga meminta negara asal pengungsi untuk "menghentikan atau mengurangi alasan yang menyebabkan terjadinya arus pengungsi ke negara lain".
"Termasuk menghentikan pelanggaran hak asasi manusia, baik dalam bentuk perlakuan buruk terhadap kelompok minoritas Myanmar, perlakuan kasar berupa penganiayaan fisik ketika mereka transit, maupun dengan mendorong mereka ke laut," kata Menlu.
Hingga saat ini, Indonesia menampung 391 manusia perahu asal etnik Rohingya dan berdasarkan verifikasi yang dilakukan Deplu dan IOM, diketahui bahwa para manusia perahu tersebut berangkat dari tempat asal mereka di Bangladesh atau Myanmar. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009
emang sih manusiawi
tapi baiknya kita berkaca negara kita saja lagi
terpuruk ....
bantulah para pengemis, gepeng, dan orang-orang terlantar
lebih baik kita benahi rumah tangga kita baru lihat apa yang kurang di rumah tangga orang
bukan egois namanya tapi itu kenyataannya
adakah yang berteriak lantang lihat rakyat makan 1 x sehari, berobat ditolak rumah sakit, belajar di sekolah reot, rumah kardus.
lihat ....