Kairo, (ANTARA News) - Seorang pemimpin HAMAS menganggap sepi berita-berita bahwa gerakan tersebut ingin membentuk badan induk baru untuk menggantikan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) sebagai satu-satunya wakil Palestina.

Mahmoud az-Zahar mengatakan kepada saluran televisi Al Jazeera,  pernyataan pemimpin HAMAS di pengasingan, Khaled Meshaal, bahwa beberapa kelompok Palestina telah membicarakan pembentukan "komite pengendali nasional" sebagai alternatif bagi PLO, telah disalahtafsirkan.

"Ucapan Meshaal mengenai program perlawanan telah diinterpretasikan oleh (media) sebagai alternatif bagi PLO, dan kami tidak mengatakan demikian," az-Zahar, yang bermarkas di Jalur Gaza, mengatakan di Kairo, Mesir, dalam wawancara dengan lembaga siaran yang berkantor pusat di Doha, Qatar, Ahad.

PLO telah mewakili Palestina sejak tahun 1964 tapi gerakan Islam HAMAS dan Jihad Islam, yang dibentuk lebih belakangan, tidak pernah menjadi bagian dari PLO meskipun satu perjanjian pada 2005 akan membawa kedua kelompok tersebut ke dalam organisasi itu.

 Gerakan Fatah, pimpinan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, adalah yang terbesar dari 11 kelompok yang terdapat dalam PLO, yang pada awal tahun 1990-an menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel yang ditujukan untuk membentuk negara Palestina.

HAMAS dan Jihad Islam menolak permintaan agar mereka melepaskan perlawanan bersenjata dan mengakui negara Yahudi itu sebagai imbalan bagi pengakuan internasonal dan keanggotaan PLO bagi kedua kelompok Palestina tersebut.

Az-Zahar, yang berbicara di Kairo --tempat ia telah bertemu dengan para pejabat Mesir untuk berupaya menandatangani perjanjian gencatan senjata antara HAMAS dan Israel di Jalur Gaza, menegaskan kembali ketertarikan kelompoknya untuk masuk PLO jika sejumlah syarat tertentu dipenuhi.

"Kami ingin memperoleh legitimasi internasional dan Arab serta apa saja yang PLO peroleh melalui pemilihan umum, untuk bergabung dengan PLO. Dan jika kami minoritas, kami akan menghormati itu. Tapi jika kami mayoritas, mereka harus menghormatinya," katanya kepada televisi Al Jazeera.

Ia menambahkan, "Kami setuju untuk mempertahankan struktur PLO, tapi bukan programnya."

Abbas mengatakan pekan lalu tidak akan ada pembicaraan dengan HAMAS kecuali gerakan Islam itu mengakui supremasi PLO.

Keretakan antara HAMAS dan Fatah meluas pada 2007, ketika gerakan Islam itu mengalahkan pasukan Fatah, pimpinan Abbas, untuk menguasai Jalur Gaza.

Az-Zahar menuju ibukota Suriah, Damaskus, Ahad, untuk berkonsultasi dengan Meshaal mengenai upaya Kairo guna menengahi perjanjian yang kekal dengan Israel, yang melancarkan agresi 22 hari ke Jalur Gaza dengan tujuan yang dinyatakanya "untuk mengakhiri tembakan roket dari wilayah kantung miskin itu".

Serangan itu menewaskan lebih dari 1.400 warga Palestina, sebagian besar dari mereka warga sipil, dan juga 13 warga Israel.

Seorang pejabat Palestina yang dekat dengan pembicaraan itu mengatakan ada "tanda-tanda positif" mengenai kemungkinan perjanjian.

Pejabat Palestina itu, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan pembicaraan juga berkaitan dengan tentara Israel yang ditangkap, Gilad Shalit, dan kemajuan, meskipun para pemimpin Israel berusaha untuk mengecilkan harapannya.

Secara terpisah, jurubicara HAMAS Fawzi Barhoum mengatakan di Jalur Gaza bahwa pejanjian gencatan senjata dapat dicapai dalam beberapa hari.

"Saya yakin kita dapat mengatakan bahwa dalam beberapa hari yang akan datang akan terwujud penandatanganan perjanjian gencatan senjata yang menjamin kehidupan yang aman dan bermartabat bagi rakyat Palestina seperti semua rakyat lai di kawasan ini," kata Barhoum.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009