Surabaya, (ANTARA News) - Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) mengirimkan tim komando pasukan katak (kopaska) dan penyelam untuk menyelamatkan KRI Kupang yang nyaris tenggelam akibat dihantam ombak.
"Hari ini kami kirim satu tim kopaska dan penyelaman, masing-masing beranggotakan tujuh orang. Mereka akan bekerja untuk menguras air sehingga kapal bisa terangkat ke permukaan," kata Kadispen Koarmatim, Letkol Laut (KH) Drs Toni Syaiful di Surabaya, Senin.
KRI Kupang dengan komandan Kapten Laut (P) Suyadi yang hendak menolong nelayan asal Gresik, Khoirul Huda, bocor setelah dihantam ombak besar dan arus deras di alur perairan barat Surabaya, Sabtu (7/2) malam.
Tim pasukan khusus Koarmatim di kirim ke lokasi KRI Kupang di pantai Desa Martadesa, Kecamatan Pasarean, Bangkalan. Sehari sebelumnya, upaya menyedot air di kapal perang jenis kecil itu tidak berhasil karena ombak besar dan hujan.
"Saat `beaching` (mendarat di pantai), kapal itu semalam terkena ombak besar sehingga posisinya bergeser. Air di dalam kapal bertambah banyak hingga mencapai separuhnya. Tapi karena kapal sudah dikandaskan di pantai, sehingga tidak tenggelam," ujarnya.
Ia mengemukakan, tim Kopaska dan penyelam TNI AL akan berupaya memompa ruang hampa di kapal tersebut dan memasukkan beberapa drum ke dalamnya sehingga kapal bisa terangkat. Kalau sudah terangkat, maka tim penyelam akan melakukan las rampa (pintu) yang bocor dihantam ombak.
Menurut Kadispen, KRI Kupang, buatan PT PAL, Surabaya tahun 1978 itu tergolong masih bagus dan layak operasi. Namun karena kuatnya ombak, kapal dengan pajang 36,27 meter, lebar 9,7 meter dengan bobot 370 ton itu miring karena kemasukan air.
"Saat kapal itu dihantam ombak, rampanya bergeser dan ada yang bocor. Komandan kapal beserta ABK sudah melakukan upaya penyelamatan sesuai prosedur dengan memompa air. Namun karena saat itu malam hari, upaya itu tidak banyak membantu," katanya.
Akhirnya komandan kapal berupaya membawa kapal ke perairan yang lebih dangkal agar tidak tenggelam. Kapal dengan 26 ABK tersebut mendarat di pantai ("beaching").(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009