Bogor (ANTARA) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan mengkaji kehalalan daging berbasis sel dalam pra-Musyawarah Nasional (Munas) Pondok Pesantren Al-Falakiyah, Pagentongan, Kota Bogor, Jawa Barat pada tanggal 1-2 Maret 2020.
"Daging berbasis sel, Eropa sudah mengembangkan. Itu kehalalannya akan dibahas di sini," kata Pengasuh Pesantren Al-Falakiah, KH Tubagus Asep Zulfiqor, Kamis (27/2).
Ia menyebutkan, perkembangan ilmu teknologi telah melahirkan ide pembuatan daging berbasis sel yang dibuat di laboratorium. Dengan kata lain, daging tersebut didapat tanpa harus menyembelih hewan satu ekor pun karena dibuat hanya dengan mengambil sel hewan. Salah satu yang gencar menyuarakan daging berbasis sel adalah Memphis Meats, perusahaan starup di California-Amerika Serikat.
Menurut Asep, ide pembuatan daging berbasis sel itu tidak lazim dan merupakan hal baru. Pasalnya, selama ini umat Islam mendapatkan daging dari hewan ternak seperti sapi dan ayam dengan cara disembelih terlebih dahulu.
"Dari sini kemudian melahirkan pertanyaan fikih terutama menyangkut kehalalannya. Karena faktanya para fuqaha terdahulu yang menjadi rujukan kita belum menyinggung soal daging berbasis sel di dalam kitab-kitab mereka," kata Asep.
Selain membahas kehalalan berbasis sel, akan ada 10 poin pembahasan lain, yaitu hukum gelatin, gugatan atas kebijakan pemerintah yang merugikan, hukum ekspor benih lobster, moderatisme NU dalam berpolitik, metode istinbath maqoshidi, konsep pemanfaatan SDA yang berkelanjutan, telaah UU Nomor 1 Tahun 1965 tentang penodaan agama, RUU pengawasan obat dan makanan, BPJS dan politik anggaran untuk rakyat miskin, serta RUU cipta kerja.
Asep mengatakan, pra-Munas kali ini masuk dalam rangkaian Muktamar NU yang akan digelar pada tanggal 22 sampai 27 Oktober 2020 di Lampung. Rangkaiannya yaitu sidang pleno, pra-Munas, Munas, dan ditutup Muktamar.
"Muktamar lima tahun sekali, kebetulan tahun ini ada Muktamar. Kalau Munasnya nanti tanggal 17 dan 18 Maret di Jawa Tengah," bebernya.
Baca juga: Konsumsi daging merah cegah sarcopenia dini
Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020