Qatar Airways Culinary Development Manager Decha Mingkwan menjelaskan hal itu terjadi karena tekanan udara di dalam pesawat yang mempengaruhi telinga dan berujung pada kemampuan lidah dalam merasakan makanan.
"Dulu, kami membuat makanan jadi lebih asin untuk di pesawat," ujar Decha di Cengkareng, Rabu.
Baca juga: Bincang-bincang bersama juara MasterChef Australia Diana Chan
Baca juga: Aneka sajian di kapal pesiar, prasmanan hingga restoran mewah
"Tapi sekarang makanan di darat dan di pesawat yang kami buat rasanya sama," lanjut dia, menambahkan hal itu dimungkinkan karena sirkulasi udara yang lebih baik di pesawat sehingga tidak mempengaruhi kemampuan mencecap.
Indera perasa memang kurang berfungsi di ketinggian.
Tingkat kelembapan yang rendah dan tekanan udara membuat indera perasa jadi lebih tumpul, itulah mengapa maskapai kerap menyajikan makanan pedas atau asin agar lebih terasa
Suara mesin pesawat juga bisa berkontribusi pada ketidakmampuan mencium dan merasakan makanan serta minuman.
Memakai penutup telinga untuk mengurangi suara bising bisa jadi cara termudah agar makanan dan minuman terasa lezat di dalam pesawat, kata Profesr Charles Spence, penulis "Gastrophysics: The New Science of Eating" seperti dikutip dari Telegraph.
Baca juga: Nasi goreng jadi menu favorit Indonesia di maskapai asing ini
Baca juga: Quisine, menu baru dari Qatar Airways yang lebih mengenyangkan
Baca juga: Asyiknya makan beramai-ramai di restoran Mediterania
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020