Washington (ANTARA News/AFP) - Presiden Barack Obama melancarkan serangan tajam bergaya kampanye terhadap Partai Republik dan eks pemerintahan Bush, Kamis waktu AS, dalam upaya meloloskan paket stimulusnya yang bernilai 900 miliar dolas AS, melalui Kongres.
Di tengah debat yang terus memanas di Senat, Presiden menolak bantahan Republik yang mengatakan paket stimulus ekonominya itu terlalu besar dan mengandung disinsentif pajak yang tidak layak, dalam upaya mengubah kemenangan politiknya pada pemilu lalu menjadi sebuah dominasi politik.
Obama melakukan debut pertamanya sebagai Presiden AS yang mengeluarkan pernyataan dari pesawat kepresidenan Air Force One, dengan mengumpulkan semua anggota DPR dari Demokrat di Virginia guna menyampaikan pidato paling agresif dan partisan sejak dia mulai berkuasa bulan lalu.
Lewat serangan yang berapi-api terhadap Republik, Obama menyatakan bahwa warga AS tidak memilih untuk mendukung teori-teori (ekonomi) yang salah di masa lalu dan mereka juga tidak memilih argumen-argumen palsu dan licik.
"Rakyat tidak memilih status quo, mereka mengirimkan kami ke sini (Gedung Putih) untuk membawa perubahan. Kami berutang pada rakyat untuk menyampaikan (aspirasi) mereka," serang Obama dari sebuah resort di Williamsburg, Virginia.
"Saat ini adalah masa bagi kepemimpinan untuk menjawab ujian terbesar dalam sejarah kita."
Presiden juga menolak argumentasi Republik yang menyatakan paket stimulus besar-besaran mesti ditolak karena akan memperbesar defisit APBN yang sekarang sudah mencapai lebih dari satu triliuan dolar AS (Rp11.000 triliun).
"Saya melihat defisit ini karena saya menunjukkannya. Saya mendapatkan utang negara yang berlipat-lipat itu dalam satu simpul besar yang menantikan saya (untuk menanganinya) begitu saya melangkah memasuki Ruang Oval," kata Obama dalam serangan verbal yang telak terhadap pemerintahan mantan Presiden George W. Bush.
Sebelumnya Presiden menyatakan pada para anggota legislatif bahwa waktu berdiskusi sudah habis di tengah gambaran muramnya angka pengangguran yang dirilis Kamis dan diperkirakan semakin muram Jumat, yang menunjukkan begitu parahnya krisis ekonomi terburuk sejak 1930an.
"Angka-angka yang sedang kita saksikan ini mengirimkan satu pesan yang tak bisa diragukan, dan begitu pula rakyat Amerika melihatnya," kata Obama bertepatan dengan upaya para senator mendapatkan rincian rancangan undang-undang dari pemerintah yang berisi disinsentif pajak dan belanja infrastruktur, dalam sebuah debat yang berubah menjadi tidak sehat.
"Waktu berbicara sudah habis, sekaranglah waktu untuk bertindak karena kita tahu jika kita tidak bertindak maka situasi buruk akan secara dramatis menjadi lebih buruk," kata Obama.
Begitu Senat menetapkan suaranya, kedua majelis dalam Kongres harus menyepakatinya dan mendukung satu paket bersama, sebelum dikirimkan ke meja presiden untuk ditandatangani menjadi undang-undang.
RUU ini disampaikan ke DPR minggu lalu, namun tanpa satu pun suara Republik, sehingga meninggalkan lubang besar bagi rencana Obama membuat UU yang bipartisan setelah partai beroposisi ini mengeluh bahwa mereka telah dicegah mengikuti proses ligislasi itu.
Gambaran rilisan pemerintahan baru menunjukkan angka pengangguran di AS melonjak hingga ke tingkat tertinggi sejak Oktober 1982 yang ditandai dengan lebih banyaknya antrian pekerja dibanding masa manapun sejak data ekonomi mengenai angkatan kerja itu dipublikasikan pada 1967.
Senator Illinois Richard Durbin, sekutu utama Presiden Obama, menyalahkan Republik karena kekasaran yang ditimbulkannya seputar RUU itu di Capitol Hill, namun menyatakan tidak mencemaskan kemunduran di awal masa ini bakal mencederai kepresidenan temannya itu.
"Tidak ada yang bilang itu bakal mudah. Seperti telah disampaikan Presiden, kebiasaan buruk itu sulit dihilangkan dan kami akan mengubah lingkungan, iklim dan prilaku di kota ini (Kongres). Kami harus sabar dan melalui beberapa masa sulit, " katanya kepada wartawan. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009