menyiagakan personel terlatih yang siap siaga dimobilisasi sewaktu-waktu

Yogyakarta (ANTARA) - Palang Merah Indonesia (PMI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyiagakan enam posko untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem selama puncak musim hujan selama Februari hingga Maret 2020.

"Kami mempunyai enam posko yang aktif selama 24 jam yang terletak di Markas PMI DIY maupun kabupaten/kota di DIY. Jika terjadi bencana atau hal lain yang perlu tindakan segera, Posko akan mengoordinasikan semua potensi yang ada di PMI," kata Wakil Ketua Bidang Penanggulangan Bencana PMI DIY Arif Rianto Budi Nugroho di Yogyakarta, Rabu.

Selanjutnya, menurut Arif, PMI Kabupaten/Kota di DIY yang terdampak akan segera melakukan respons awal sedangkan bagi yang tidak terdampak akan bersiaga menunggu instruksi mobilisasi sumber daya jika memang dibutuhkan.

"Selain itu, koordinasi internal dan eksternal sangat diperlukan untuk kecepatan respons tanggap darurat. Tidak kalah penting dari hal tersebut adalah menyiagakan personel terlatih yang siap siaga dimobilisasi sewaktu-waktu serta sarana prasarana yang ada di PMI DIY maupun Kabupaten/Kota," kata Arif Rianto.

Baca juga: Klinik Pratama PMI DIY peroleh sertifikat vaksin internasional

Pada awal Maret 2020, menurut Arif, PMI DIY juga menyelenggarakan orientasi pengemudi ambulans yang diikuti oleh internal PMI dan dari berbagai kalangan untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas terkait peran dan fungsi pengemudi ambulans.

PMI DIY memiliki relawan terlatih dari medis, pertolongan pertama, pencarian dan pertolongan, water rescue, water hygiene and sanitation, data dan informasi, logistik.

"Relawan kami ada sekitar 3.032 Korps Sukarela (KSR) dan 1.037 Tenaga Sukarela (TSR)," kata Arif Rianto yang juga merupakan dosen pengajar di UPN Veteran Yogyakarta ini.

Menghadapi potensi bencana itu, ia berharap masyarakat tenang meski harus tetap waspada.

"Kesiapsiagaan berbasis keluarga sangat penting. Masyarakat tangguh, pemerintah tangguh, PMI tangguh, maka bencana tidak akan menghambat gerak laju kemajuan bangsa dan negara. Indonesia maju karena kita tangguh," kata dia.

Sebelumnya, BMKG Yogyakarta mengimbau masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang-lebat disertai kilat, petir, serta angin kencang hingga 28 Februari di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Menurut Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Yogyakarta Reni Kraningtyas menjelaskan bahwa menguatnya angin baratan yang banyak mengandung uap air serta pola tekanan rendah di selatan Pulau Jawa dan Australia bagian utara yang cukup aktif.

Hal itu juga ditambah dengan adanya badai tropis Ferdinand di Samudera Hindia selatan NTB sehingga menyebabkan pola pertemuan massa udara yang memanjang di Jawa, khususnya di DIY.

Hujan dengan intensitas sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di wilayah DIY antara lain diperkirakan terjadi di Kabupaten Sleman (Turi, Pakem, Cangkringan, Tempel, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Minggir, Seyegan, Godean, Mlati, Gamping, Depok, Kalasan, Berbah, Prambanan).

Di Kulon Progo (Girimulyo, Nanggulan, Samigaluh, Kalibawang, Galur, Lendah, Panjatan, Kokap, Wates, Temon), Kota Yogyakarta, Bantul (Sedayu, Kasihan, Sewon, Pajangan, Bantul, Pleret, Piyungan, Jetis, Imogiri, Dlingo, Srandakan, Sanden, Kretek), serta Gunungkidul (Gedangsari, Ngawen, Semin, Nglipar, Playen, Patuk, Paliyan, Purwosari, Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Ponjong, demikian Reni Kraningtyas.

Baca juga: PMI DIY siagakan relawan antisipasi bencana erupsi Gunung Merapi

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020