Medan (ANTARA News) - Ketua DPRD Sumut, Aziz Angkat yang meninggal dunia dalam aksi anarkis massa pendukung Provinsi Tapanuli (Protap) diusulkan untuk mendapatkan gelar "Pahlawan Demokrasi". Usulan tersebut disampaikan seratusan warga Kabupaten Dairi ketika berunjukrasa di gedung DPRD Dairi di Sidikalang, Sumut, Kamis. Sumber ANTARA News di Sidikalang yang dihubungi dari Medan, mengatakan, masyarakat menganggap gelar Pahlawan Demokrasi layak diberikan karena Aziz Angkat telah berjuang menegakkan nilai-nilai demokrasi dan konsisten pada kebenaran. Aziz Angkat dinilai konsisten karena tidak mau menyatakan sikap yang tidak sesuai konstitusi meski di bawah tekanan dan harus kehilangan nyawa. Pengorbanan Aziz Angkat yang merupakan putera daerah dan kelahiran Sidikalang, Dairi mengundang simpati masyarakat sehingga dianggap sebagai salah satu putera terbaik Dairi. Atas dasar itu, pengunjukrasa mengusulkan kepada DPRD Dairi agar memperjuangkan Aziz Angkat untuk mendapatkan Pahlwan Demokrasi. Pengunjukrasa juga mengusulkan agar DPRD Dairi melaksanakan siding paripurna guna menetapkan tanggal 3 Pebruari yang merupakan hari tewasnya Aziz Angkat sebagai hari libur khusus. Selain itu, pengunjukrasa juga menyatakan penolakan terhadap Protap dan meminta DPRD Dairi untuk tidak pernah membahas pembentukan provinsi baru itu karena dinilai membawa perpecahan. Seratusan pengunjukrasa itu diterima Wakil Ketua DPRD Dairi, Josua Jahya Sianturi dan lima anggota yakni Pasiona Sihombing, Raja Ardin Ujung, Bernard Meka, Sadar Maha dan Abdul Angkat dan mengajak beberapa diantaranya berdialog di dalam gedung dewan. Wakil Ketua DPRD Dairi, Josua Jahya Sianturi mengatakan, pihaknya akan membuat pernyataan resmi mengenai aspirasi masyarakat itu guna diteruskan kepada lembaga yang lebih tinggi. Ia mengaku bahwa Dairi telah kehilangan sosok yang selama ini layak dijadikan teladan bagi masyarakat. Sedangkan anggota DPRD Dairi dari Partai Golkar, Abdul Angkat menyatakan akan mengusulkan nama Aziz Angkat sebagai nama salah satu jalan di daerah itu.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009