Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Iran untuk Indonesia Behrooz Kamalvandi mengatakan sejumlah negara Barat berpandangan negatif dan memberlakukan sistem "apartheid" dalam melihat kemajuan-kemanjuan yang dicapai Iran di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. "Selain kemampuan dalam pengayaan uranium, Iran baru-baru ini telah mampu meluncurkan satelit ke orbitnya," kata Kamalvandi kepada wartawan setelah pembukaan seminar bertema "Agama dalam Dunia Kontemporer" di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis. Menurut dia, negara-negara tersebut berpandangan negatif terhadap Iran yang baru-baru ini merayakan kemenangan Revolusi Islam dengan menerapkan suatu sistem "apartheid" dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi diyakini hanya milik mereka dan mereka tidak setuju pihak lain memiliki kemampuan di bidang itu, kata Kamalvandi. Kantor berita Iran IRNA memberitakan bahwa Iran meluncurkan satelit pemroses data yang diberi nama Omid pada Senin malam. Peluncuran satelit itu ke orbitnya dilakukan sesuai dengan perintah Presiden Mahmoud Ahmadinejad sehubungan dengan hari ulang tahun ke-30 kemenangan Revolusi Islam di Iran. Satelit Omid diluncurkan menggunakan roket Safir 2 dan berhasil menempati orbitnya. Proyek satelit itu diluncurkan bardasarkan atas arahan Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Ayatullah Seyed Ali Khamenei tentang pengembangan teknologi strategis nasional sejalan dengan Gerakan Piranti Lunak, yang dilakukan universitas di Iran. Proyek itu dimulai pada Maret 2005 di industri "Saa Iran" sebagai langkah praktis pertama untuk menguasai teknologi ruang angkasa nasional. Tujuan utamanya adalah menyiapkan landasan untuk memajukan industri ruang angkasa nasional di Iran. Peluncuran itu menimbulkan keprihatinan di kalangan pengulas dan pejabat pemerintah di Eropa, Amerika Serikat dan Israel bahwa Iran "mungkin menghubungkan program satelitnya dengan teknologi nuklir dan kegiatan rudalnya". Lebih jauh Dubes Iran menyatakan bahwa pandangan negatif Barat itu didasarkan materialisme dan jauh dari agama. "Ketika disebut agama, mereka memandang hal itu usang sehingga mereka jauh dari tuntunan agama," ujarnya. Rektor UIN Prof Dr Komaruddin Hidayat mengatakan bahwa agama memberi sumbangan bagi pembangunan peradaban. "Tidak akan timbul bentrokan peradaban jika agama dilaksanakan dengan baik," katanya. "Agama juga jangan dijadikan alat untuk permainan kekuasaan." Komaruddin menyatakan ia mendukung Iran memiliki kemampuan di bidang teknologi seperti satelit. "Kalau lemah, negara bisa dilecehkan dan kemampuan itu bukan untuk maksud-maksud perang," tambahnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
Kasihan Jaim, saya yakin di dunia nyata tidak ada temannya, makanya dia begitu.
Hidup itu di dunia nyata yang penting bukan di dunia maya, supaya maju kaya bangsa Iran.
Belajar ah cara bangsa Iran mandiri.
Kapan agama lahir, kenapa lahir dan apa tujuannya lahir? Agama kristen aja telah bisa mewarnai orang yang bahkan tidak senang dengan agama seperti jaim, bukankah begitu jaim?