Jakarta (ANTARA News) - Lembaga kajian ekonomi Advisory Group in Economics, Industry, and Trade (Econit) menungkapkan adanya hidden risks (sejumlah resiko tersembunyi) dalam perekonomian Indonesia yang jika tidak diperbaiki maka masyarakat yang akan menanggung.
"Resiko-resiko itu tersembunyi karena adanya peningkatan ketertutupan informasi dan banyaknya rekayasa statistik, padahal ini jarang terjadi dalam ekonomi Indonesia di masa lalu," kata ekonom sekaligus pendiri Econit, Rizal Ramli di Jakarta, Rabu.
Ia menyebutkan, ada tiga resiko yang hingga saat ini masih tersembunyi yaitu resiko sektor perbankan, resiko di pasar modal, dan resiko rekayasa statistik.
Resiko perbankan mencakup resiko besarnya produk derivatif yang dijual oleh 15 bank dan nilai jatuh temponya mencapai 4 miliar dolar AS pada pertengahan 2009. Sementara total nilai transaksi hedging mencapai 70 miliar dolar AS, lebih besar dari cadangan devisa, yang menunjukkan besarnya faktor spekulasi di luar kebutuhan riil transaksi.
Resiko perbankan juga mencakup ketatnya likuiditas terutama untuk bank-bank menengah dan kecil. Nilai transaksi pasar uang antar bank juga sangat rendah, di mana transaksi hanya terjadi antara sesama bank besar atau sesama bank menengah kecil yang menunjukkan pasar uang antar bank sangat tersegmentasi.
"Resiko perbankan juga akan lebih besar pada 2009 karena peningkatan resiko kredit macet di sektor riil akibat penurunan ekspor, daya beli masyarakat, dan peningkatan PHK," kata Ramli.
Sementara itu resiko tersembunyi di pasar modal terutama akibat tingginya transaksi repo (gadai saham) dan transaksi margin, yaitu pemberian fasilitas pinjaman untuk pembelian saham.
"Kasus yang terjadi dalam kebangkrutan perusahaan sekuritas Sarijaya hanyalah contoh kecil dari gejala yang lebih besar," katanya.
Menurut dia, resiko-resiko yang tersembunyi itu dapat memicu pengkerutan lebih lanjut ekonomi Indonesia pada 2009.
"Resiko yang disembunyikan akan memperbesar masalah dan memperlambat upaya untuk memperbaikinya, pada akhirnya masyarakat yang akan menanggung resiko-resiko yang tersembunyi itu," kata Rizal Ramli.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009
doing nothing, gitu kan ? Wong semua orang juga tahu kok. Apa jaman dulu nggak ada rekayasa po ? Tong kosong biasanya berbunyi nyaring
tau gak arti expatriat...?
Sorry, gw gak minat yg namanya politik, jijik liatnya, kayak anak kecil saling menjatuhkan dengan berbagai cara, bahkan cara memalukan bisa ditempuhnya..
Gw lebih suka dibidang pendidikan, membangun bangsa dengan memberikan pendidikan kepada yg haus akan pengetahuan, gak liat dr partai mana, daerah mana atau ras mana.
mikir mas...
Hihihi seru bacanya.. Expatriat, anda genknya Andi (kumis) Malarangeng kan? Atau anda sendiri si kumis.. huahaahahaa..