Bandung (ANTARA News) - Banjir kembali melanda kawasan Bandung Selatan tepatnya Kecamatan Baleendah dan Dayeuhkolot akibat luapan Sungai Citarum, Rabu.
Debit permukaan Sungai Citarum terus meningkat menyusul hujan deras mengguyur kawasan hulu sungai terpanjang di Jawa Barat itu dalam dua hari terakhir.
Akibatnya ratusan rumah penduduk di Baleendah sudah mulai tergenang banjir dengan ketinggian 50 centimeter hingga 70 centimeter.
"Air mulai naik sejak pagi tadi, bila hujan terus di daerah Majalaya dan Kertasari mungkin banjir akan lebih besar lagi," kata Wahyudin, warga Baleendah.
Warga di lokasi banjir di Baleendah sudah mulai ancang-ancang untuk mengungsikan harta benda mereka terutama kendaraan roda dua atau roda empat ke tempat yang lebih tinggi.
Mereka yakin banjir akan kembali melanda perkampungan mereka, pasalnya puncak musim penghujan akan berlangsung pada Februari 2009 ini.
"Menurut BMG puncak penghujan Februari, artinya banjir masih menjadi ancaman. Bila hujan deras di hulu turun dua hari berturut-turut pasti Baleendah banjir, rumusnya memang begitu," katanya.
Terkait kemungkinan banjir lebih besar lagi pada puncak musim penghujan, warga Baleendah hanya bisa pasrah sambil tetap waspada karena biasanya air meluap pada malam atau dinihari.
Sementara itu Satlak PBA Kecamatan Baleendah dan Dayeuhkolot serta Satlak PBA Kabupaten Bandung telah bersiaga mengantisipasi kemungkinan bencana alam banjir da juga bencana alam longsor yang kerap terjadi pada musim penghujan.
"Satlak PBA siaga sepanjang musim penghujan ini," kata Amen Permana, Satlak PBA Kecamatan Dayeuhkolot.
Kawasan itu perupakan prioritas penanganan banjir di Kabupaten Bandung.
Beberapa daerah lainnya yang rawan banjir luapan Sungai Citarum dan anak sungainya itu antara lain Kecamatan Majalaya, Rancaekek, Cikancung dan Solokanjeruk.
Khususnya di Majalaya, banjir lumpur masih tetap mengancam kawasan kota industri tekstil itu. Sepanjang musim hujan saat ini, tercatat banjir lumpur lebih dari tiga kali menyergap dan memutuskan jalur jalan raya di sana.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009