Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu siang, mengunjungi kantor Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) untuk mendengarkan langsung rencana kerja badan itu pada 2009 mendatang.

Presiden tiba di kantor Bulog Jalan Gatot Subroto Jakarta Selatan sekitar pukul 12.10 WIB dan langsung disambut oleh Dirut Perum Bulog Mustafa Abubakar.

Ikut mendampingi Presiden, sejumlah menteri kabinet Indonesia Bersatu antara lain Mensesneg Hatta Radjasa dan Mendag Mari Elka Pangestu.

Pada 2009 ini Perum Bulog telah memprogramkan sejumlah rencana kerja.

Perum Bulog bekerjasama dengan Induk Koperasi Pasar dan Pemasaran (Inkoppas) dan Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu Indonesia (Apegti) dalam menangani pendistribusian gula di dalam negeri yang ditandatangani awal 2009.

Dirut Perum Bulog Mustafa Abubakar mengatakan, kerjasama ketiga lembaga tersebut dalam penyaluran GKP sebagai upaya untuk memperpendek rantai distribusi komoditas pangan strategis itu.

"Fungsi agen Bulog untuk memperpendek jalur distribusi, sehingga distribusi antara produsen dan konsumen akan diperoleh biaya ekonomi yang lebih efisien," katanya seperti dikutip media massa nasional sebelumnya.

Menurut dia, selama ini dalam tata niaga gula pasir, penguasaan pemasaran dikuasi sekelompok pelaku pasar tertentu sehingga menimbulkan distorsi pasar. Hal itu tidak hanya merugikan produsen namun juga konsumen, dan mengakibatkan terjadinya ketidakefisienan pasar.

"Penandatanganan MoU Bulog dengan Inkoppas dan Apegti diharapkan membentuk jaringan kerjasama pemasaran yang lebih luas menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang terintegrasi serta memudahkan pengendalian," katanya.

Sementara itu hingga Rabu (21/1/2009) Bulog sudah menyerap beras untuk pengadaan pangan nasional Januari sebanyak 22 ribu ton. Sedangkan pada Januari, total kontrak pengadaan sebesar 55 ribu ton.

Dirut Perum Bulog Mustafa Abubakar mengatakan seperti dikutip media massa sebelumnya, target pengadaan beras Bulog untuk Januari 2009 sebenarnya hanya 48,67 ribu ton.

``Jadi pada Januari ini melebihi target karena total kontrak pengadaan 55 ribu ton," kata Mustafa.

Dengan pencapaian itu, katanya, Bulog yang tahun ini menargetkan 3,8 juta ton hingga akhir 2009 akan terpenuhi.

"Target pengadaan beras Bulog 2009 sebesar 3,8 juta ton. Target ini meningkat tajam dibandingkan tahun 2008 yang hanya 3,2 juta ton," jelasnya.

Menurut dia, stok beras di gudang Bulog, saat ini sebanyak 1,4 juta ton beras. Jumlah sebanyak itu diperkirakan bisa memenuhi kebutuhan beras nasional untuk 4-5 bulan ke depan.

"Jadi, masyarakat tidak perlu merasa khawatir kekurangan stok beras nasional. Stok beras yang ada di gudang milik Bulog jelas masih mencukupi," katanya.

Target pengadaan sebanyak itu optimis dapat tercapai jika tidak ada gangguan bersifat nonteknis seperti terjadinya bencana alam. Dia mengakui, pengadaan beras dipengaruhi beberapa faktor yakni cuaca, hama dan persediaan pupuk.

"Jika faktor-faktor itu bisa diatasi, kita mungkin tidak akan lagi impor beras seperti beberapa tahun lalu,` ujarnya.

Perum Bulog juga akan mengekspor beras kualitas super sebanyak 10.000-20.000 ton per bulan untuk pangsa pasar di Jepang dan negara Asia lainnya.

"Saat ini tengah dalam persiapan, termasuk mengatur bentuk kerja sama antara Bulog dan perusahaan yang siap mengekspor beras ke luar negeri, dan sedang menunggu izin dari Menteri Perdagangan," kata Mustafa Abubakar

Menurutnya, beras kualitas super itu, seperti beras Cianjur dan aromatik yang dikenal wangi, banyak disukai di luar negeri, khususnya Jepang. Negara tersebut sudah pernah mencoba sampel beras tersebut yang berasal dari Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Tengah (Jateng).

Selama ini, lanjutnya, beras kualitas super itu banyak tersedia, tetapi pangsa pasarnya sangat terbatas, hanya untuk konsumsi restoran, orang-orang `gedongan` serta hotel- hotel.

Oleh karena itu, pada tahun ini diharapkan mampu disisihkan untuk memenuhi pangsa pasar ekspor.

Selain itu, juga mempersiapkan beras kualitas medium sebanyak 100.000 sampai 200.000 ton untuk pengiriman ke luar negeri. Hal ini akan dilakukan sepanjang swasembada beras sudah mencapai titik aman dan tindak mengganggu ketahanan pangan dalam negeri.

Lebih jauh dijelaskannya, apabila hal itu sudah dicapai, maka Indonesia memungkinkan membantu negara-negara tetangganya dalam memenuhi kebutuhan pangannya, terutama negara Filipina, Malaysia, dan Timor Leste.

Mengenai pengadaan pangan nasional 2009, ia mengatakan, ditargetkan mencapai 3,8 juta ton beras. Jumlah tersebut lebih tinggi dari realisasi pengadaan tahun 2008 yang hanya sekitar 3,2 juta ton beras.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009