Pernyataan itu dikemukakan Ketua Gapasdap Jatim, Bambang Haryo kepada wartawan usai melakukan pertemuan dengan sejumlah operator penyeberangan, pihak ASDP dan serikat pekerja pelabuhan di Surabaya, Selasa.
"Seharusnya tarif penyeberangan Ujung-Kamal dinaikkan, bukan justru diturunkan karena tarif yang berlaku sekarang masih di bawah biaya produksi (operasional)," katanya.
Rencana penurunan tarif itu sudah dibahas Dinas Perhubungan Jatim dan para "stakeholder" beberapa waktu lalu, setelah pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak. Penurunan tarif penyeberangan Ujung-Kamal direncanakan berkisar 4 persen.
Bambang Haryo menegaskan bahwa sampai saat ini Gapasdaf tidak sepakat dengan rencana tersebut, karena dinilai makin memberatkan beban operasional operator penyeberangan.
Ia mengungkapkan dari puluhan komponen biaya operasional kapal penyeberangan, hanya harga BBM yang mengalami penurunan, sementara biaya lainnya, seperti suku cadang, pemeliharaan, gaji karyawan, dan lainnya justru naik.
"Kalau alasan yang digunakan untuk menurunkan tarif adalah BBM, jelas sangat tidak adil. Biaya operasional kapal tidak sama dengan angkutan kota atau bus, karena ada item-item biaya yang tidak bisa ganggu gugat dan itu harganya justru naik," katanya.
"Pelayanan yang kami berikan kepada penumpang berstandar internasional, sehingga kalau ada sedikit saja yang dikurangi, operasional kapal bisa dihentikan pihak berwenang," tambah Bambang Haryo.
Operator penyeberangan Ujung-Kamal akan mengambil langkah-langkah efisiensi, jika penurunan tarif harus diberlakukan.
Menurut ia, efisiensi itu diantaranya pengurangan jam operasional dan armada kapal dari 17 unit yang beroperasi saat ini, penyesuaian jam kerja karyawan dan penundaan pembayaran kenaikan UMK karyawan.
Selain itu, Gapasdap juga meminta pemerintah memberikan subsidi yang besarnya disesuaikan dengan tarif yang diturunkan.
"Operator tidak berani menanggung resiko kerugian lebih besar akibat penurunan tarif tersebut," tegas Bambang Haryo.
Sementara itu, Kepala Cabang PT Indonesia Ferry Surabaya, Prasetyo Utomo yang dikonfirmasi terpisah juga mengakui dalam puluhan item komponen tarif, hanya harga BBM yang turun, sementara komponen lainnya cenderung naik.
"Tanpa ada penurunan tarif, kondisinya sudah sangat berat. Tapi kami sebagai pelaksana di lapangan, menyerahkan sepenuhnya masalah ini kepada operator penyeberangan," katanya. (*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009