“Januari kemarin sudah di atas 40. Jadi apps yang kita pilih itu adalah apps yang memang sesuai dengan profil konsumen Huawei. Yang terbaru kemarin ada banking, kemudian ada KAI, Garuda sudah dan akan banyak lagi,” ujar Lo Khing Seng, usai peluncuran Mate Xs di Jakarta, Selasa.
Lo Khing Seng menargetkan untuk dapat menggandeng 73 aplikasi lokal sebelum ponsel flagship Huawei selanjutnya, P40, diluncurkan.
Baca juga: Huawei pastikan Mate Xs hadir di Indonesia, begini tampilannya
Baca juga: Huawei luncurkan smartphone lipat Mate XS dengan peningkatan layar
Dalam mengembangkan AppGallery, Lo Khing Seng mengatakan bahwa kewajiban pembaruan aplikasi menjadi tantangan untuk menggandeng lebih banyak aplikasi ke ekosistem tersebut.
“Mereka harus mengeluarkan fitur baru setiap bulan, sedangkan Huawei dalam 3 bulan baru fokus, sehingga untuk membuat kita jadi prioritas itu butuh negosiasi dan usaha tambahan,” kata Lo Khing Seng.
“Tapi kebanyakan dari mereka menerima Huawei karena mereka melihat sebagai suatu alternatif untuk masa depan agar mereka persiapkan rencana bila terjadi perubahan,” lanjut Lo Khing Seng.
Selain AppGalllery, Huawei juga tengah mengembangkan Huawei Mobile Service Core sebagai alternatif dari penggunaan layanan milik Google.
Huawei Mobile Service telah membuat sejumlah platform di antaranya Huawei Mobile Cloud, Huawei Video dan Huawei Themes, serta tengah mengembangkan platform layanan email dan maps.
“Google berjalan 10 tahun bisa mengembangkan aplikasi, dan kita dalam waktu pendek sudah bisa kembangkan kapabilitas core yang Google sudah punya,” ujar Lo Khing Seng.
Baca juga: Huawei catatkan 91 kontrak 5G komersial
Baca juga: Google hapus ratusan aplikasi Android di Play Store
Baca juga: Xiaomi, Huawei, Oppo dan Vivo gabung bikin tandingan Google Play Store
Baca juga: Huawei temukan pengganti Google Maps
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020