Jakarta, 3/2 (ANTARA) - Menteri Kehutanan siap mencanangkan pengembangan hutan tanaman cendana. Panitia penyelenggara acara pencanangan merencanakan pelaksanaan pencanangan tersebut pada tanggal 12 Februari 2009, di desa Ponain, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pemilihan lokasi dan waktu tersebut melalui beberapa pertimbangan yaitu dukungan musim hujan masih sangat baik, akses menuju lokasi cukup baik, dan telah terbentuk Kelompok Tani Cendana binaan BPK Kupang yang bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana. Program rehabilitasi hutan cendana di NTT ini awalnya merupakan prakarsa Menteri Kehutanan pada tahun 2006.

Untuk acara penanaman pada pencanangan tersebut, telah dipersiapkan areal seluas 1,7 ha dan bibit cendana sebanyak 1.200 batang. Sebelumnya, pada minggu ketiga bulan Desember 2008 lalu telah ditanam sebanyak 7.700 bibit cendana yang disiapkan BPK Kupang dan B2PBPTH Yogyakarta di areal seluas 5,3 hektar di pekarangan dan kebun masyarakat di sekitar lokasi pencanangan.

Untuk kesiapan bibit cendana saat ini, sampai dengan bulan September 2008, bibit generatif di BPK Kupang sebanyak 10.000 batang dan siap tanam bulan Desember 2008. BPDAS Benain Noelmina Kupang juga memiliki bibit generatif sebanyak 20.000 batang dan siap tanam bulan Desember 2008. Untuk bibit vegetatif dengan kultur jaringan, Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2PBPTH) Yogyakarta telah berhasil menyiapkan sebanyak 700 batang dan siap tanam pada pertengahan tahun 2009. Sedangkan bibit cendana dengan kultur jaringan dari Puslit Bioteknologi LIPI saat ini baru dalam tahan multiplikasi dan baru siap tanam pada akhir tahun 2009.

Cendana merupakan tumbuhan asli Indonesia yang tumbuh di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) seperti di Pulau Timor, Sumba, Alor, Solor, Pantar, Flores, Roti, dan pulau-pulau lainnya. Selain di NTT, cendana juga dijumpai di Gunung Kidul, Imogiri, Kulon Progo (DIY), Bondowoso (Jawa Timur), dan Sulawesi. Kondisi ideal untuk tumbuh cendana adalah pada ketinggian 50 - 1200 m dpl, curah hujan 625 - 1625 mm/th dengan bulan kering antara 9 - 10 bulan. Saat ini keberadaan populasi cendana di Indonesia, dikhawatirkan mengalami kepunahan. Dalam kurun waktu 10 tahun, dari tahun 1987-1997, jumlah pohon cendana di propinsi NTT turun drastis hingga 53,96%.

Tanaman cendana merupakan komoditi yang potensial bagi perekonomian. Nilai ekonomi yang tinggi dari cendana dihasilkan dari kandungan minyak (santalo) dalam kayu yang beraroma wangi yang khas. Minyak cendana dihasilkan dari hasil penyulingan kayu, dan digunakan sebagai bahan obat-obatan dan bahan minyak wangi (parfum). Kayunya dipergunakan sebagai bahan industri kerajinan seperti ukir-ukiran, patung, kipas, tasbih, dan lain-lain.

Minyak cendana banyak diekspor ke Eropa, Amerika, China, Hongkong, Korea, Taiwan dan Jepang. Sedangkan produk kerajinan dari kayu cendana banyak untuk konsumsi dalam negeri.

Kebutuhan minyak cendana dunia sekitar 200 ton per tahun. Dari jumlah itu, mayoritas disuplai dari India (50%). Indonesia, Australia, Kaledonia Baru dan Fiji menyuplai sekitar 20 ton, sehingga masih kekurangan sekitar 80 ton per tahun.

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Masyhud, Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Departemen Kehutanan

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2009