Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa pagi, turun 40 poin menjadi Rp11.690/11.750 dibandingkan dengan hari sebelumnya Rp11.650/11.700 per dolar AS akibat berlanjutnya aksi beli dolar.
Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta, mengatakan, pasar masih negatif terhadap rupiah, sehingga mata uang Indonesia terus terpuruk mendekati angka Rp11.700 per dolar.
"Kami memperkirakan rupiah sampai sore nanti makin tertekan pasar, karena belum adanya sentimen positif yang menggerakkan rupiah menguat," katanya.
Rupiah, menurut dia, juga masih menunggu respon pasar terhadap paket stimulus pemerintah yang mencanangkan dana sebesar Rp71,3 triliun untuk menggerakkan sektor infrastruktur.
Pelaku pasar sebenarnya masih khawatir paket stimulus itu tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan masyarakat, ucapnya.
Padahal, katanya, pemerintah Amerika Serikat sendiri telah mencanangkan dana untuk paket stimulus sebesar 800 miliar dolar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negaranya agar pertumbuhan ekonomi global bisa lebih bergerak maju.
Selain itu juga pemerintah AS melalui bank sentralnya (The Federal Reserve) telah menurunkan suku bunga acuannya hingga mendekati nol persen yang diharapkan akan dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi global, katanya.
Jadi penurunan rupiah saat ini, menurut dia, kemungkinan hanya sementara saja, apabila kinerja ekonomi Indonesia makin membaik, seperti turunnya laju inflasi Januari 2009 yang hanya berkisar 0,07 persen, akan memicu rupiah menguat.
Pemerintah juga mencari dana dengan menerbitkan obligasi baik di dalam negeri maupun di luar negeri untuk memicu pertumbuhan ekonomi mendekati angka 6 persen dari perkiraan semula 4,5-5 persen, katanya.
Dikatakannya, Bank Indonesia (BI) juga tetap memantau pergerakan rupiah di pasar agar posisi rupiah tidak jauh dari kisaran antara Rp11.300-Rp11.500 per dolar AS.
"Kami optimis rupiah akan kembali menguat dan bisa mencapai angka Rp11.300 hingga Rp11.500 per dolar AS, karena pada posisi tersebut dinilai aman," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2009