IFC, sebuah anak perusahaan dari Bank Dunia yang menyediakan kanal investasi untuk pembangunan sektor publik di negara-negara berkembang dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) telah menandatangani kesepakatan teresebut.
IFC akan mengelola dana rekapitalisasi bank yang baru melalui sebuah perusahaan pengelola keuangan yang diunjukkan secara terpisah dan akan melayani bank-bank di pasar ekonomi berkemang yang sekarang kesulitan memperoleh pendanaan alternatif menyusul krisis keuangan global.
"Lembaga ini akan membantu menjamin bank-bank di negara-negara berkemang untuk terus meminjamkan (kreditnya pada nasabah) dan mendukung pemulihan ekonomi serta penciptaan lapangan kerja menembus krisis ekonomi dan keuangan yang sekarang terjadi," demikian Bank Dunia dalam pernyataan resminya.
Investasi sebesar dua miliar dolar AS yang dibenamkan JBIC dalam lembaga transnasional baru ini telah diumumkan oleh Perdana Menteri Shoichi Nakagawa selama pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia yang berlangsung Oktober lalu.
Bank Dunia menyebut kesepakatan ini ditandatangani Senin di kantor pusat JBIC di Tokyo oleh Lars Thunell, Wakil Presiden Eksekutif IFC, dan Kepala Eksekutif sekaligus CEO JBIC Hiroshi Watanabe.
"Dengan menanamkan dana di lembaga ini, kami berupaya mencegah (meluasnya) kekacauan pada sistem keuangan internasional dan perekonomian dunia. Kesepakatan dengan IFC adalah langkah penting demi menyelesaikan misi kami mencapai tujuan itu," kata Watanabe.
Thunell berterimakasih pada Jepang karena negara ini menjadi mitra pembangun dan dengan murah hati berkontribusi untuk lembaga supervisi keuangan baru ini serta berharap lembaga ini tegak dan beroperasi sesegera mungkin.
IFC yang bermisi mendorong pertumbuhan ekonomi dalam upaya mengentaskan kemiskinan, melaporkan bahwa pada tahun fiksal 2008 yang berakhir pada 30 Juni telah berinvestasi total 16,2 miliar dolar AS atau naik 34 persen dibanding tahun sebelumnya. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009