Medan (ANTARA News) - Perusakan terhadap baliho gambar partai politik (parpol) dan calon legislatif (caleg) yang dipasang di sejumlah lokasi menjelang pemilu legislatif yang digelar 9 April 2009 mulai terjadi di Kota Medan, Sumut.
Aksi perusakan yang dilakukan oleh orang yang tidak bertangungjawab itu diduga telah terjadi dalam beberapa pekan terakhir sehingga menimbulkan kesan negatif atau memancing suasana menjadi tidak kondusif jelang pemilu legislatif.
"Perusakan baliho yang terjadi sejak Januari 2009 ini bisa memancing suasana menjadi tidak kondusif, padahal pemilu tidak lama lagi akan digelar," ujar caleg Partai Merdeka yang menjadi korban perusakan baliho, Johan Efendi, kepada pers di Medan, Senin.
Menurut caleg daerah pemilihan II untuk DPRD Kota Medan itu, perusakan yang dilakukan oleh orang tidak dikenal itu menunjukan persaingan sesama caleg dari partai lain pada daerah pemilihan yang sama semakin tidak "sehat".
Karena perusakan atribut parpol dan gambar caleg untuk kesekian kalinya itu kembali terulang pada Minggu, (1/2) dinihari dikawasan Pasar V, Jalan Karya Jaya, Kecamatan Medan Johor atau kawasan yang diperbolehkan untuk memasang alat peraga kempanye.
Meski kejadian yang merugikan pihaknya itu telah dilaporkan ke Polsek setempat, namun secara pribadi ia menganggap pelaku yang melakukan tindakan tidak terpuji itu sebagai bukti dirinya menjadi perhatian para calon pemilih.
"Mungkin baliho saya yang dirusak itu dibawa oleh pelaku ke rumahnya sendiri dan akan disosialisasikan kepada keluarga dan para tetangganya. Itu merupakan bukti kalau saya didukung oleh masyarakat," katanya.
Sementara itu anggota Panwaslu Kota Medan, Robinson Simbolon, mengakui, menjelang pemilu legislatif mendatang pihaknya menemukan banyak modus kasus perusakan baliho bergambar parpol dan caleg di daerah itu.
Namun pihaknya tidak bisa berbuat banyak, karena dari beberapa kasus perusakan yang dilaporkan tidak cukup bukti untuk ditindaklanjuti. "Laporan para caleg itu umumnya lemah karena tida disertai dengan saksi, jadi hanya menjadi catatan kami saja," jelas dia.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009