Jakarta (ANTARA News) - Salah satu politisi muda Partai Golkar, Viktus Murin, di Jakarta, Senin, menyorot kritis dimasukkannya beberapa nama non kader, seperti Susilo Bambang Yudhoyono serta Ryamizard Ryacudu di antara tujuh hingga delapan nama Capres partai berlambang pohon beringin tersebut.
"Memasukkan nama-nama non-kader harus ada kriteria yang jelas. Di antaranya, memiliki kesamaan ideologi, juga setuju dengan `platform` partai. Tak kalah pentingnya, komitmen tulus serta tidak pernah `neko-neko` terhadap Partai Golkar (PG), baik dalam ucapan, perilaku dan apalagi aksi-aksi dia bersama orang-orangnya," kata Viktus Murin.
Ia mengatakan itu, menanggapi pernyataan Ketua II Pengurus Harian Badan Pengendali dan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Golkar, Firman Subagyo, di sela-sela Rapat Kerja (Raker) Bappilu di Surakarta, Jateng, Minggu (1/2).
Firman Subagyo ketika itu menambahkan, PG akan mengerucutkan nama-nama tokoh populer yang muncul sebagai Calon Presiden (Capres) yang akan diusung dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2009.
Sesuai hasil survei, katanya, ke-7 nama tokoh populer yang akan dikerucutkan pada akhir Februari ini dalam Rapat Konsolidasi Nasional, masing-masing Jusuf Kalla (Ketua Umum DPP PG), Susilo Bambang Yudhoyono (Ketua Dewan Pembina DPP Partai Demokrat), Sri Sultan Hamengkubuwono X (Anggota Dewan Penasihat DPP PG), Surya Paloh (Ketua Dewan Penasihat DPP PG), Ryamizard Ryacudu (Purnawiran TNI), Abu Rizal Bakrie (Anggota Dewan Penasihat DPP PG), dan Agung Laksono (Wakil Ketua Umum DPP PG).
Viktus Murin yang juga fungsionaris DPP Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (DPP AMPI), sekaligus anggota Badan Informasi dan Komunikasi (BIK) DPP PG, kemudian mengingatkan, agar DPP PG jangan hanya bermain sendiri.
"Untuk suatu keputusan strategis seperti ini, saya tak selalu sependapat dengan hanya mengandalkan lembaga survey. Libatkan juga teman-teman dari daerah. Suara Dewan Pimpinan Daerah (DPD) harus ikut dipertimbangkan, karena mereka mengerti apa kata masyarakat di tingkat basis," katanya.
Memang, lanjutnya, agak sulit untuk menggelar konvensi seperti pola merekrut Capres oleh DPP PG yang pernah dipakai pra Pilpres 2004. "Agaknya ini memang kurang berkenan di beberapa teman di atas. Tetapi bukan bukan berarti suara DPD diabaikan dalam ikut menentukan pimpinan masa depan bangsa ini," tegas Viktus Murin.
Sementara itu, dari Surakarta, sebagaimana dilaporkan wartawan ANTARA, Firman Subagyo mengungkapkan, DPP PG nanti akan membentuk tim untuk memutuskan siapa yang akan muncul dan dicalonkan sebagai Capres dari partainya, setelah tujuh nama itu dikerucutkan pada Februari mendatang
Ia juga mengatakan, nama yang muncul bisa jadi bukan berasal dari PG, yakni partai lain.
Tetapi bisa juga ada tokoh dari PG hanya ditampilkan sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres) mendampingi Capres dari partai lain.
Yang penting, menurutnya, PG tetap memenangkan Pemilu Legislatif (Pileg) 2009 mendatang.
Firman Subagyo juga menjelaskan, survei yang dilakukan untuk menggantikan sistem konvensi karena cara lama itu dianggap gagal.
Meskipun demikian, ia mengakui, konvensi yang dilakukan Partai Golkar pada Pemilu 2004 dianggap telah meningkatkan citra partai. Hanya saja, nama yang diusung dalam konvensi tidak populer di masyarakat.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009